SURABAYA, iNEWSSURABAYA.ID - Surabaya terus bergerak aktif untuk memastikan ketersediaan dan kestabilan harga pangan di pasar tradisional dan modern. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), meluncurkan sejumlah strategi guna menjamin stok bahan pokok dan menjaga daya beli masyarakat di Kota Pahlawan.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (BPSDA) Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, mengungkapkan bahwa berdasarkan monitoring Indeks Kecukupan Pangan (IKP) hingga Desember 2024, indeks mencapai angka 3,8. Artinya, ketersediaan pangan di Surabaya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tiga bulan ke depan.
"Indeks ini menunjukkan kondisi yang baik. Dengan dukungan program-program strategis, kebutuhan pangan masyarakat Surabaya tetap terjamin," ujar Vykka, Jumat (31/1/2025).
Strategi Pemkot Surabaya Stabilkan Pasar
Untuk menjaga kestabilan stok dan harga, Pemkot Surabaya telah menjalankan sejumlah langkah konkrit, seperti: Penyediaan 21 Kios TPID.
Kios ini menjual bahan pokok seperti beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, dan minyak goreng dengan harga terjangkau, kemudian Kerjasama Antar Daerah: Surabaya menjalin kerjasama dengan daerah penghasil bahan pokok untuk memastikan pasokan terus tersedia, Kolaborasi dengan Distributor: Pemkot menggandeng distributor bahan pokok lokal untuk memperkuat stok di pasar tradisional, Gerakan Menanam: Memanfaatkan lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) untuk menanam padi, bawang merah, dan cabai guna mendukung ketahanan pangan.
Selain itu, program pasar murah digelar secara rutin di 31 kecamatan secara bergilir. Setiap bulannya, Pemkot juga melaksanakan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Beberapa bahan pokok yang dijual dalam program ini meliputi:
- Beras medium dan premium
- Gula pasir dan minyak goreng
- Daging ayam, telur ayam, daging sapi beku
- Cabai merah besar, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan tomat
Pemkot Surabaya juga secara rutin melakukan monitoring terhadap pasokan dan harga bahan pangan di pasar tradisional serta toko modern. Langkah ini diiringi dengan analisis perkembangan data untuk mengidentifikasi penyebab potensi kenaikan harga atau keterlambatan distribusi.
"Sebagai kota nonprodusen pangan, Surabaya menghadapi tantangan dalam distribusi akibat faktor cuaca dan permintaan yang tinggi, terutama menjelang hari besar keagamaan," jelas Vykka.
Kenaikan Harga Komoditas Per 30 Januari 2025
Beberapa bahan pokok seperti minyak goreng curah, telur ayam broiler, bawang merah, tomat, cabai rawit merah, dan cabai merah besar mengalami kenaikan harga. Kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti: Cuaca yang memengaruhi produksi hortikultura, Penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) MinyaKita, dari Rp14.000 menjadi Rp15.700 per liter sejak Agustus 2024, Peningkatan permintaan menjelang hari besar keagamaan.
Dengan berbagai program yang telah dijalankan, Pemkot Surabaya bersama TPID optimistis mampu menjaga stabilitas pangan dan harga demi kesejahteraan masyarakat Kota Pahlawan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait