BOJONEGORO, iNEWSSURABAYA.ID – Forum Kedaulatan Masyarakat Bojonegoro (FKMB) memastikan akan mengawal proses perbaikan tanggul sungai yang ambrol di Lebaksari, Bouerno, Bojonegoro. Perbaikan ini diharapkan mempertimbangkan kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang masih tinggi, serta berdasarkan hasil asesmen autentik agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Ketua FKMB, Edy Susilo, menegaskan bahwa ambrolnya tanggul terjadi setelah serah terima proyek dari kontraktor kepada Dinas PU SDA Bojonegoro pada Desember 2024. Saat diserahkan, proyek tersebut dinyatakan selesai 100 persen. Namun, ambrolnya tanggul menimbulkan pertanyaan apakah disebabkan oleh kualitas konstruksi yang tidak sesuai spesifikasi atau faktor lain.
Edy mengungkapkan bahwa terdapat dua lokasi tanggul yang ambles, yakni di Tanggungan sepanjang 200 meter dan di Lebaksari sepanjang 70 meter. Penyebab ambrolnya tanggul masih dalam kajian, apakah akibat kesalahan kontraktor atau bencana alam (force majeure), mengingat pada Desember dan Januari curah hujan tinggi menyebabkan debit air sungai naik drastis dengan arus yang kuat.
"Kami belum melihat kontraknya secara detail. Jika ini dikategorikan sebagai bencana alam, maka perbaikan bukan menjadi kewajiban kontraktor. Namun, kontraktor rekanan menyatakan kesediaannya untuk memperbaiki, dan itu patut diapresiasi," jelasnya, Selasa (11/2).
Edy menambahkan bahwa Dinas PU SDA Bojonegoro telah mengklarifikasi bahwa proyek pelindung tebing Kali Lebak telah rampung 100 persen pada akhir Desember 2024 dan tidak memiliki kendala teknis saat itu. Namun, pada Desember 2024 hingga Januari 2025, beberapa kali terjadi banjir bandang di Bojonegoro, yang berpotensi mempengaruhi ketahanan tanggul tersebut.
"Debit air yang tinggi, banjir naik-turun, dan derasnya arus bisa berdampak pada kondisi tanggul. Bahkan, sawah masyarakat juga ikut ambles akibat derasnya banjir," tambahnya.
FKMB mengingatkan agar perbaikan tidak dilakukan tergesa-gesa mengingat curah hujan yang masih tinggi. Selain itu, perbaikan sebaiknya dilakukan setelah musim panen masyarakat agar tidak mengganggu aktivitas pertanian.
Menurut Edy, Dinas PU SDA Bojonegoro telah melakukan berbagai upaya pengendalian banjir. Namun, derasnya arus dan tingginya debit air menyebabkan tanggul terdorong hingga ambrol. Ia juga menekankan bahwa fenomena banjir bandang ini tidak hanya terjadi di Bojonegoro, tetapi juga di banyak wilayah lain di Indonesia.
“Kalau hanya sekadar memperkeruh suasana dan terus mempolemikannya, tidak ada gunanya. Apalagi kontraktor sudah bersedia melakukan perbaikan,” tegasnya.
Untuk memastikan perbaikan berjalan optimal, Dinas PU SDA telah menunjuk tim perencanaan, pengawas, dan tenaga ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Dari sisi teknis, perbaikan tidak akan mengalami kendala. Terkait anggaran proyek yang mencapai Rp40 miliar, nantinya akan diaudit oleh BPK. Kita tinggal menunggu hasilnya apakah ada temuan penyimpangan atau tidak," pungkas Edy.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait