2. Ekonomi dan Pendidikan yang Tidak Berpihak pada Generasi Muda
Kondisi ekonomi yang sulit dan sistem pendidikan yang tidak relevan menjadi faktor pendorong utama munculnya fenomena ini:
- Gaji Rendah dan Biaya Hidup Tinggi: Banyak anak muda merasa sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak.
- Lapangan Kerja yang Terbatas: Peraturan pajak yang tinggi dan regulasi yang menghambat pertumbuhan UMKM.
- Sistem Pendidikan yang Tidak Siap Kerja: Pendidikan di Indonesia masih terfokus pada hafalan, bukan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Dr. Gema menyoroti bahwa dari 60.000 pelamar di Astronacci Group setiap bulan, hanya kurang dari 2% yang memenuhi standar yang dibutuhkan.
Menurut Dr. Gema, pemerintah harus segera memperbaiki sistem pendidikan agar generasi muda lebih siap memasuki dunia kerja. “Pendidikan kita tidak mempersiapkan generasi muda untuk dunia kerja yang kompetitif,” tegasnya.
3. Kritik Terhadap Generasi Z: Hasil Instan Tanpa Proses
Selain kritik kepada pemerintah, Dr. Gema juga mengkritik generasi muda yang lebih memilih hasil instan dan seringkali kurang berusaha keras. Keinginan untuk cepat sukses tanpa melalui proses yang panjang menjadi tantangan besar dalam membangun masa depan yang lebih baik.
“Banyak dari mereka menginginkan gaji tinggi dan keseimbangan kehidupan kerja, namun tidak memiliki keterampilan yang cukup,” jelasnya. Menurutnya, meskipun tagar #KaburAjaDulu viral, jika tidak memiliki keterampilan, mereka tetap akan gagal, bahkan jika bekerja di luar negeri.
4. Pemerintah Harus Segera Tanggapi Isu Kesenjangan Ekonomi
Sebagai seorang pelaku bisnis, Dr. Gema menyoroti beberapa kegagalan sistemik yang harus segera diperbaiki, di antaranya adalah:
- KKN yang Masih Merajalela: Korupsi yang terus menghambat kemajuan Indonesia.
- Regulasi Bisnis yang Tidak Mendukung Inovasi: Banyak pengusaha dan investor lebih memilih negara lain, seperti Vietnam dan Kamboja, karena regulasi yang lebih kompetitif.
- Kesenjangan Ekonomi: Perbedaan yang semakin besar antara kaya dan miskin yang memperburuk ketidakadilan sosial.
“Investor lebih memilih Vietnam atau Kamboja karena regulasi mereka lebih ramah terhadap bisnis. Banyak perusahaan asing yang hengkang dari Indonesia dan mendirikan pabrik di negara tersebut,” terang Dr. Gema.
Untuk mengatasi masalah ini, Dr. Gema mengajukan beberapa solusi praktis yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat, antara lain:
- Revolusi Pendidikan: Mengubah sistem pendidikan agar lebih fokus pada keterampilan dan kesiapan kerja.
- Pembersihan Korupsi: Menindak tegas semua praktik korupsi tanpa kompromi.
- Mendukung Industri Kreatif dan Teknologi: Menjadikan sektor-sektor ini sebagai motor penggerak ekonomi baru.
- Revisi Regulasi Bisnis: Mempermudah regulasi agar mendukung pertumbuhan UMKM dan wirausaha muda.
“Dengan kebijakan yang berpihak pada generasi muda, Indonesia bisa menjadi lebih baik,” harap Dr. Gema.
Refleksi untuk Indonesia: Kerja Sama untuk Masa Depan
Fenomena #KaburAjaDulu seharusnya menjadi cermin bagi kita semua. Melarikan diri dari Indonesia bukanlah solusi jika kita tidak berubah. “Indonesia masih memiliki potensi besar, tapi kita harus bekerja sama, baik pemerintah maupun masyarakat,” tegas Dr. Gema.
Sebagai bentuk aksi nyata, Dr. Gema mengajak masyarakat untuk menyebarkan kesadaran ini, berdiskusi, dan mendorong perubahan positif di negeri ini. “Kami berharap pemikiran ini bisa diterima oleh lebih banyak orang, termasuk Presiden Prabowo, untuk bersama-sama membangun negara ini,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait