Dukung Swasembada Pangan, Jatim Optimalkan 488.379 Hektar Lahan Kurang Produktif

Ali Masduki
Gubernur Khofifah dan Agus Harimurti Yudhoyono, ketika Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Foto/Humas Prov Jatim

SURABAYA – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Rakor ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI, Agus Harimurti Yudhoyono, serta Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan.

Gubernur Khofifah menyampaikan optimisme bahwa Jawa Timur akan mampu mempertahankan posisinya sebagai produsen padi tertinggi nasional pada tahun 2025. Bahkan, ia menargetkan peningkatan produksi padi dengan total Gabah Kering Panen (GKP) mencapai 12,6 juta ton, sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah pusat.

Optimisme ini didukung oleh potensi optimalisasi 488.379 hektar lahan kurang produktif di Jatim, yang diharapkan dapat terairi dengan baik melalui dukungan infrastruktur irigasi yang memadai.

“Kami optimis dapat mencapai target peningkatan GKP sebanyak 12,7 juta ton jika lahan kurang produktif seluas 488.379 hektar ini dapat dioptimalkan dan terairi dengan baik,” ujar Khofifah.

Khofifah mengungkapkan bahwa Jawa Timur telah konsisten menjadi provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia selama lima tahun berturut-turut. 

Pada tahun 2020, Jatim memproduksi padi sebesar 9,94 juta ton GKP (setara dengan 5,74 juta ton beras), tahun 2021 sebesar 9,79 juta ton GKP (setara dengan 5,65 juta ton beras), tahun 2022 sebesar 9,53 juta ton GKP (setara dengan 5,5 juta ton beras), dan tahun 2023 sebesar 9,71 juta ton GKP (setara dengan 5,61 juta ton beras).

Meski demikian, Khofifah menegaskan bahwa diperlukan upaya signifikan untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat. 

“Ada beberapa hal yang perlu dilakukan assessment ulang untuk memaksimalkan potensi yang ada,” katanya.

Salah satu upaya yang ditekankan Khofifah adalah penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang tepat. Selama ini, proses panen oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) masih dilakukan secara manual. 

Dengan bantuan combine harvester dan dryer, kehilangan hasil panen (loss) dapat dikurangi secara signifikan, sekaligus meningkatkan kualitas gabah menjadi premium.

“Ketika padi tidak dikeringkan dengan baik, kandungan airnya tinggi dan berakibat pada tingginya tingkat patahan (broken). Hal ini menyebabkan gabah yang seharusnya berkualitas premium menjadi medium,” jelas Khofifah.

Editor : Ali Masduki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network