Lebih lanjut, Ketua Komisi C DPRD Jatim ini menegaskan, di Gerindra sejak awal tidak ada kontestasi semacam Muscab, Muswil.
Dirinya mewanti-wanti kader, agar tunduk kepada AD/ART partai dan fokus memenangkan Gerindra serta Prabowo Subianto sebagai Presiden di 2024.
"Kan sudah jelas, di Gerindra kan tidak ada kontestasi dari awal. Kalau soal pengurus mengundurkan diri, ya kita hormati, itu hak politik dia. Tapi kalau bilang arogan, arogan dari mana?," jelasnya.
Halim juga menampik terkait tidak ada komunikasi saat rotasi di tubuh DPC Gerindra Ngawi.
Dirinya sudah berulang kali berkomunikasi dengan pengurus DPC Gerindra Ngawi sebelum adanya rotasi.
"Saya selaku OKK sudah komunikasi semua dengan 17 DPC Gerindra di Jatim. Saya sudah panggil dan ketemu, di Ngawi ada Pak Najamudin ketemu saya," katanya.
"Itu tidak benar kalau mereka itu tidak pernah diajak ngomong, belum lagi koordapil dan struktur partai lain yang mengajak bicara kader di DPC. Selaku OKK saja, saya sudah berbicara selama 5 jam itu formal ya, belum yang non-formal. Tidak benar kalau tidak diajak bicara, apalagi nyebut-nyebut arogan, jangan membalikkan fakta," tegasnya.
Halim menambahkan, dalam dinamika partai, sebuah penyegaran merupakan hal yang wajar. Halim meminta seluruh kader Gerindra menghormati keputusan DPP.
"Partai ini butuh penyegaran, saya kira DPP itu kan subjektif, dari DPP dasarnya ada faktor yang jadi pertimbanga. Yang jelas faktor Pemilu 2019 lalu dan Pilpres itu faktor, selain itu faktor lain yang tidak disampaikan secara publik," tandasnya.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait