Dalam sambutannya, Yordan juga menekankan pentingnya menulis sejarah dengan kejujuran dan melanjutkan perjuangan Bung Karno dengan penuh dedikasi dan pengabdian.
Tidak hanya menggelar haul, DPC PDIP Surabaya juga menyiapkan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno. Di antaranya: Donor darah yang akan digelar pekan depan, Pemutaran film dokumenter Bung Karno di Balai Budaya dan Soekarno Trip Jilid 2, yaitu kunjungan ke lokasi-lokasi bersejarah Bung Karno bersama para kader dan generasi muda
“Anak-anak muda sangat antusias saat Soekarno Trip sebelumnya. Maka kita gelar kembali agar semangat Bung Karno terus hidup dalam jiwa generasi muda,” ujar Yordan.
NU dan PDIP Tunjukkan Kedekatan Historis
Salah satu yang menarik dari acara ini adalah kehadiran perwakilan PCNU Kota Surabaya, H. Saiful Bahri, yang menyampaikan salam dari Ketua PCNU, KH Masduki Toha. Ia mengapresiasi PDIP yang menyelenggarakan haul—tradisi yang biasa dilakukan NU.
“Saya terenyuh, PDIP menyelenggarakan haul. Ini khas NU, tapi kini dilakukan oleh PDIP. Ini menunjukkan kedekatan ideologis dan historis, seperti hubungan Gus Dur dan Ibu Mega,” ungkapnya.
Saiful juga menyampaikan bahwa mayoritas warga NU di Surabaya menyalurkan aspirasi politiknya ke PDIP karena dinilai konsisten berpihak pada rakyat kecil.
Acara ditutup dengan tausiah oleh Kyai Aris Yoyok, yang menyampaikan pesan religius penuh canda tawa khas dirinya. Ia mengingatkan bahwa Bung Karno bukan mewariskan kekayaan materi, melainkan nilai-nilai luhur kebangsaan.
“Pak Karno tidak meninggalkan harta benda, tapi semangat Pancasila dan cinta tanah air. Itu jauh lebih berharga,” kata Kyai Yoyok, disambut tepuk tangan para hadirin.
Koordinator acara, Abdul Ghoni Mukhlas Ni’am, yang juga Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Surabaya, menegaskan bahwa haul ini dihadiri seluruh elemen PDIP dari jajaran PAC hingga anak ranting, serta tokoh lintas agama.
“Kami ingin nilai-nilai perjuangan Bung Karno terus dirawat secara nasional dan tetap menjaga persatuan bangsa,” ujar Ghoni.
Ia juga menekankan pentingnya kehadiran PCNU karena mencerminkan hubungan historis antara Bung Karno dan Nahdlatul Ulama, termasuk ketika Bung Karno mendapat gelar dari Muktamar NU di Surabaya tempo dulu.
“Haul ini adalah bentuk cinta kami kepada Bung Karno dan bangsa ini. Bung Karno bukan milik satu golongan, tapi milik seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Ghoni.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
