Andika menilai kebijakan ini sebagai langkah positif, meskipun agak terlambat dibanding negara tetangga yang sudah menerapkan pelajaran bahasa Inggris sejak dini.
“Terlepas dari itu, kami mendukung penuh program ini. Kami bahkan telah bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di beberapa daerah untuk menghadirkan pengajaran yang lebih terstruktur,” jelasnya.
Maraknya konten pembelajaran bahasa Inggris secara daring, khususnya lewat media sosial dan platform seperti YouTube, menurut Andika, memberikan kontribusi namun tetap belum cukup. Ia menegaskan bahwa metode pembelajaran tatap muka masih sangat penting, terutama bagi anak-anak usia dini.
“Media online hanya berfungsi sebagai pelengkap. Pembelajaran langsung tetap dibutuhkan agar guru bisa menilai perkembangan kemampuan siswa secara menyeluruh,” ungkapnya.
Ia menambahkan, interaksi dua arah dalam pembelajaran langsung mampu menciptakan proses belajar yang lebih efektif dan adaptif, dibanding hanya menonton video tanpa adanya umpan balik.
Dengan peningkatan kesadaran, dukungan kebijakan pemerintah, dan keterlibatan pihak swasta seperti English1, diharapkan kualitas penguasaan bahasa Inggris di Indonesia akan mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
“Ini bukan hanya soal kemampuan individu, tapi menyangkut daya saing bangsa di kancah global,” pungkas Andika.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
