Sebanyak 25 guru BK bahkan diberangkatkan ke Singapura untuk melakukan studi banding, menggali praktik terbaik langsung dari sistem pendidikan negeri singa tersebut.
Dindik Jatim juga menggandeng Dinas Kesehatan, puskesmas, hingga lembaga layanan psikososial untuk membangun ekosistem kesehatan mental di sekolah. Upaya ini sejalan dengan tren global yang menekankan pentingnya integrasi layanan konseling ke dalam sistem pendidikan formal.
“Kita dorong terbentuknya protokol penanganan isu kesehatan mental yang terstandar di semua satuan pendidikan. Ini bukan proyek jangka pendek,” tegas Aries.
Kepala Bidang GTK Dindik Jatim, Ety Prawesti, mengungkapkan bahwa hingga kini ada 100 guru BK dari SMK negeri dan swasta di Jatim yang aktif mengikuti pelatihan T-Care. Hasilnya, tampak peningkatan signifikan dalam: Kemampuan menyusun asesmen psikologis, Kreativitas layanan bimbingan klasikal dan kelompok dan Kolaborasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk bimbingan karier
“Kami melihat perubahan positif pada semangat, sikap, dan motivasi siswa yang terlibat dalam program ini. Ini sinyal bahwa pendekatan konseling yang tepat bisa mengubah masa depan anak-anak kita,” ungkap Ety.
Dindik Jatim menargetkan agar pelatihan berjenjang terus dilanjutkan melalui skema master trainer yang didukung dengan platform pembelajaran daring. Hal ini dinilai penting untuk memastikan dampak program dapat menjangkau lebih banyak sekolah dan siswa di seluruh Jawa Timur.
“Kita ingin guru BK menjadi agen perubahan. Mereka akan membentuk generasi muda yang sehat secara mental, kuat secara sosial, dan siap menghadapi masa depan,” tutup Aries.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
