SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Air Susu Ibu (ASI) bukan sekadar makanan pertama bayi, tapi juga “cairan ajaib” yang menjadi pondasi kesehatan dan kecerdasan anak di masa depan. Pesan inilah yang terus digaungkan Rumah Sakit Premier Surabaya dalam memperingati Pekan Menyusui Sedunia 2025, 1–7 Agustus.
Mengusung tema “Prioritaskan Menyusui, Membangun Sistem yang Berkelanjutan”, kampanye ini sejalan dengan ajakan WHO dan UNICEF untuk membangun generasi sehat melalui ASI eksklusif.
RS Premier Surabaya menegaskan, keunggulan ASI jauh melampaui susu formula baik dari segi nutrisi, perlindungan kesehatan, hingga manfaat emosional bagi ibu dan bayi.
“ASI itu spesifik untuk manusia. Bayi manusia seharusnya minum ASI dari ibunya, bukan susu formula,” tegas Dr. dr. Risa Etika, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak sekaligus Ketua Badan Pengembangan dan Peningkatan ASI (BP2 ASI) IDAI Jawa Timur.
Menurut dr. Risa, ASI eksklusif selama enam bulan pertama berperan penting dalam perkembangan otak. “Bayi yang mendapat ASI sejak lahir bisa memiliki IQ lebih tinggi hingga 10 poin. Bukan hanya cerdas, tapi juga sehat dan berakhlak,” jelasnya.
Ia mencontohkan kasus kelahiran bayi kembar lima yang seluruhnya berhasil menerima ASI sejak hari pertama. “Dengan persiapan yang tepat, satu ibu bisa memenuhi kebutuhan ASI untuk lima bayi sekaligus. Ini bukti bahwa kemampuan alami tubuh luar biasa,” ungkapnya.
Kelebihan ASI Dibanding Susu Formula
1. Nutrisi Lengkap dan Alami – ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi, termasuk antibodi untuk melawan penyakit. Susu formula tidak memiliki antibodi alami ini.
2. Meningkatkan Kecerdasan – Kandungan asam lemak esensial dalam ASI membantu pembentukan koneksi saraf otak lebih optimal.
3. Melindungi dari Penyakit – Bayi yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah terkena diare, infeksi saluran pernapasan, dan alergi.
4. Ikatan Emosional Ibu-Bayi – Kontak kulit saat menyusui memperkuat rasa aman dan kasih sayang.
5. Ekonomis dan Ramah Lingkungan – ASI gratis, tidak memerlukan botol atau kemasan, serta bebas limbah.
Dr. Risa menekankan pentingnya edukasi sejak masa kehamilan. Banyak ibu yang terpengaruh iklan susu formula hingga merasa ASI-nya kurang, padahal produksi ASI normalnya dimulai dengan beberapa tetes pertama yang sangat berharga (colostrum).
“Di sinilah peran tenaga medis untuk memberi semangat dan pendampingan,” ujarnya.
Tantangan medis seperti baby blues, sakit ringan, atau infeksi tertentu pun tidak selalu menjadi hambatan menyusui. “Misalnya, ibu dengan tifus tetap aman menyusui, tapi pada kasus HIV, ASI tidak direkomendasikan. Semua harus sesuai panduan ilmiah terbaru,” jelasnya.
Ia mengingatkan, kegagalan memberikan ASI bisa berdampak serius. Pernah ada bayi di Madura yang diberi makanan padat sebelum usia enam bulan hingga ususnya melilit dan harus dioperasi. “Semua bisa dicegah dengan edukasi yang benar,” tambahnya.
RS Premier Surabaya berharap momentum Pekan ASI Sedunia mendorong keluarga, tenaga kesehatan, dan pemerintah untuk memperkuat komitmen menyusui. “Jika semua bayi Indonesia mendapat ASI sejak dini, kita akan punya generasi lebih sehat, cerdas, dan bermartabat,” tutup dr. Risa.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
