Tak hanya itu, UT juga menggelar empat seminar karier yang membahas topik-topik penting seperti personal branding, tips lolos seleksi HRD, hingga peluang kerja internasional. Seminar ini diminati oleh peserta yang sebagian besar merupakan lulusan baru, serta mahasiswa tingkat akhir dari berbagai universitas di Jawa Timur.
Dalam pemaparannya, Prof. Rahmat juga mengungkap data menarik: 87% dari total 672.000 mahasiswa UT saat ini sudah bekerja. Sisanya, sekitar 13%, masih aktif mencari pekerjaan dan terus dipantau melalui tracer study kampus.
“Mayoritas mahasiswa UT adalah pekerja aktif yang ingin naik level karier atau meningkatkan kompetensi. Inilah yang membuat pendekatan UT selalu berbasis kebutuhan industri nyata,” tambahnya.
Pemerintah Kota Surabaya turut mengapresiasi inisiatif ini. Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Surabaya, Agus Hebi, menilai Career Fair UT sebagai wujud sinergi antara pendidikan tinggi dan pemerintah daerah dalam menekan angka pengangguran terbuka yang tercatat sebesar 4,91% tahun lalu.
“Kami dorong masyarakat untuk terus kuliah, jangan berhenti di SMA atau SMP saja. Kuliah di UT cukup terjangkau, dan ini bisa membantu Surabaya mengejar target IPM, termasuk program ‘Satu Keluarga, Satu Sarjana’ yang dicanangkan oleh Bapak Wali Kota,” ujarnya.
Salah satu pencari kerja yang hadir, Izzah Ananta, datang jauh-jauh dari Ponggok, Kabupaten Blitar. Lulusan Universitas Brawijaya Malang ini berharap bisa mendapatkan pekerjaan di sektor perbankan yang sesuai dengan keahliannya.
“Saya datang ke sini karena tertarik dengan peluang interview langsung dari perusahaan. Semoga bisa dapet kerja yang cocok,” tutur Izzah yang baru menyelesaikan kuliahnya tahun ini.
Career Fair 2025 di UT Surabaya bukan hanya ajang rekrutmen biasa. Ia menjadi simbol sinergi antara kampus, industri, dan pemerintah dalam membangun SDM unggul. Dengan pendekatan inklusif dan inovatif, UT membuktikan bahwa pendidikan terbuka bisa menjadi pintu gerbang masa depan karier yang lebih cerah.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
