SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Gelombang aksi mahasiswa di Surabaya kembali mencuat. Kali ini, gerakan mahasiswa mendapat perhatian khusus dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII. Pihak lembaga pendidikan tinggi tersebut menegaskan bahwa mahasiswa memiliki ruang untuk menyuarakan pendapat, namun harus tetap menjunjung tinggi etika akademik.
Kepala LLDIKTI Wilayah VII, Prof. Dr. Dyah Sawitri SE MM, menuturkan bahwa demonstrasi yang dilakukan mahasiswa pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi intelektual. Oleh karena itu, pihaknya tidak melarang kegiatan tersebut selama dilaksanakan secara terkoordinasi dan tidak merugikan masyarakat luas.
“Mahasiswa boleh menyampaikan aspirasi, tetapi lakukan dengan cara santun, konstruktif, dan bermartabat. Jangan sampai aksi yang awalnya murni untuk memperjuangkan kepentingan rakyat berubah menjadi tindakan anarkis,” tegas Dyah saat memberikan sambutan pada acara wisuda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.
Ia juga mengingatkan agar mahasiswa tidak gegabah. Menurutnya, setiap aksi harus dirancang dengan baik agar tidak mudah diprovokasi oleh pihak luar. Dengan demikian, pesan yang ingin disampaikan tetap fokus pada substansi tuntutan mahasiswa.
“Silakan lakukan aksi, tetapi tetap terkoordinasi. Jadikan momentum ini sebagai cerminan identitas akademik. Tuntutan yang disuarakan harus lahir dari pikiran positif dan murni dari mahasiswa sendiri,” imbuhnya.
Sejalan dengan itu, mantan Rektor Untag Surabaya periode 2017–2021, Dr. Mulyanto Nugroho, MM., CMA., CPAI, atau yang akrab disapa Prof. Nug, juga menyampaikan dukungan serupa. Ia menekankan pentingnya menjaga kemurnian aspirasi mahasiswa agar tidak dimanfaatkan oleh kepentingan politik.
“Mahasiswa punya hak untuk menyampaikan pendapat. Tapi jangan sampai ditunggangi pihak lain. Suarakan aspirasi dengan jernih, jangan terjebak dalam tindakan yang merusak fasilitas umum atau mencederai citra akademisi,” ujar Prof. Nug.
Ia menilai keberanian mahasiswa turun ke jalan perlu diapresiasi, karena hal itu menunjukkan kepedulian terhadap kondisi bangsa. Namun, bentuk kepedulian tersebut harus tetap dikawal dengan etika, bukan kekerasan.
Sementara itu, aksi mahasiswa di Surabaya kali ini dipimpin oleh sejumlah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Titik kumpul aksi dimulai di depan Markas Polda Jawa Timur, kemudian berlanjut menuju Polrestabes Surabaya. Mereka menegaskan bahwa gerakan ini murni dari mahasiswa tanpa ada intervensi pihak luar.
Dengan adanya pernyataan dari LLDIKTI VII serta dukungan dari kalangan akademisi, diharapkan aksi mahasiswa dapat berjalan damai dan produktif. Mahasiswa diingatkan untuk tetap menjadikan demonstrasi sebagai ruang dialog, bukan ajang konflik. Pada akhirnya, suara mahasiswa diyakini mampu menjadi penyeimbang demokrasi sekaligus pengingat bagi pemegang kebijakan agar tidak melupakan kepentingan rakyat.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
