Lembaga yang disebut antara lain adalah National Endowment for Democracy (NED) dan Open Society Foundations (OSF) milik George Soros, yang diketahui telah mengucurkan dana miliaran dolar ke berbagai negara sejak tahun 1990-an, khususnya dalam mendukung agenda demokratisasi.
“Ini mirip pola yang terjadi di Serbia. Negara-negara G7 ingin mendukung pemimpin baru yang lebih dekat dengan kepentingan mereka, seperti era Soeharto dahulu,” ujar Jeff J Brown, penulis The China Trilogy, seperti dikutip Sputnik pada Senin (1/9/2025).
Menurut Sputnik, Indonesia menjadi sasaran empuk karena posisi strategisnya di kawasan. Dengan ekonomi terbesar di ASEAN, jumlah penduduk mendekati 300 juta jiwa, serta peringkat ke-8 dunia dalam paritas daya beli, Indonesia memiliki peran vital dalam tatanan geopolitik global.
Kedekatan Indonesia dengan negara-negara seperti China, Rusia, serta keterlibatan aktif dalam BRICS, SCO, dan inisiatif Belt and Road dinilai sebagai pemicu kekhawatiran negara-negara Barat.
“Indonesia saat ini terlalu berpengaruh untuk dibiarkan sepenuhnya mandiri,” tulis Sputnik dalam artikelnya.
Merespons situasi yang terus memanas, sejumlah kedutaan besar — termasuk dari Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara ASEAN — telah mengeluarkan imbauan agar warganya menghindari titik-titik demonstrasi di seluruh Indonesia.
Sejumlah pengamat memperingatkan bahwa jika gejolak ini tidak segera dikendalikan, stabilitas nasional bisa terganggu, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun politik.
Laporan dari media asing seperti Sputnik membuka diskusi penting: sejauh mana keterlibatan pihak luar memengaruhi dinamika politik dalam negeri?
Meski belum ada bukti konkret keterlibatan George Soros atau lembaga-lembaga asing tersebut, narasi seperti ini kerap muncul dalam situasi politik yang tidak stabil—baik sebagai fakta, propaganda, atau strategi pengalihan.
Yang jelas, Indonesia saat ini tengah berada di titik krusial. Keputusan dan sikap pemerintah dalam merespons situasi akan menentukan apakah negara ini mampu menjaga kedaulatan politik dan keamanan nasional, atau justru terseret dalam pusaran kepentingan global.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
