SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Timur (Jatim) pada Agustus 2025 tercatat sebesar 3,88 persen berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Artinya, dari setiap 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 3 hingga 4 orang yang belum memperoleh pekerjaan. Angka ini mengalami penurunan 0,31 persen poin dibandingkan Agustus 2024.
Pengangguran sendiri didefinisikan sebagai penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha baru, telah diterima bekerja namun belum mulai bekerja, atau mereka yang merasa putus asa dalam mencari pekerjaan.
Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh angkatan kerja, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara konsisten mencatatkan TPT tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.
Pada Agustus 2025, TPT tamatan SMK tercatat sebesar 6,78 persen, menurun dari 6,81 persen pada Agustus 2024 dan 8,70 persen pada Agustus 2023. Tetapi masih menjadi yang tertinggi.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa, lulusan SMK masih menghadapi tantangan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim, Dr. Ir. Zulkipli, M.Si, Kamis (6/11/2025).
Sebaliknya, TPT terendah terus ditempati oleh kelompok berpendidikan SD ke bawah, yaitu 2,12 persen pada Agustus 2025, naik dari Agustus 2024(1,92 persen), tetapi turun dari Agustus 2023 (2,24 persen).
Rendahnya TPT pada kelompok ini umumnya disebabkan oleh banyaknya pekerja yang terserap di sektor informal dengan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan formal tinggi.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat penurunan TPT di hampir semua jenjang pendidikan, perbedaan antarjenjang masih cukup nyata. TPT cenderung lebih tinggi pada jenjang pendidikan menengah dan atas, mencerminkan adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan pasar kerja.
Pada Agustus 2025, TPT laki-laki tercatat sebesar 3,90 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan yang berada pada level 3,86 persen. Bila dibandingkan Agustus 2024, TPT laki-laki mengalami penurunan 0,56 persen poin. Sedangkan TPT perempuan justru naik 0,06 persen poin.
“Kondisi ini menunjukkan adanya perbedaan dinamika pasar kerja antara laki-laki dan perempuan,” kata Zulkipli.
Dari sisi wilayah, TPT di perkotaan mencapai 4,53 persen, lebih tinggi dibandingkan perdesaan sebesar 2,93 persen. Dibandingkan tahun sebelumnya, TPT perkotaan naik tipis 0,04 persen poin, sementara TPT perdesaan turun 0,85 persen poin.
Penurunan di wilayah perdesaan terkait dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan kegiatan musiman lainnya. Kondisi ini menunjukkan pasar kerja di pedesaan pada 2025 lebih dinamis dibanding perkotaan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
