SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ibarat raksasa gagah yang gagap bicara. Sebagai kebijakan unggulan dengan anggaran triliunan rupiah, program ini meluncur bebas tanpa narasi tunggal yang konsisten. Di tengah polemik standar gizi yang tidak seragam, kendala logistik, hingga insiden keracunan siswa, publik dipaksa meraba-raba: siapa sebenarnya yang memegang kendali komunikasi program ini?
Keheningan satu pintu ini bukan sekadar masalah teknis administrasi, melainkan lubang menganga dalam manajemen kepercayaan publik.
Sejak awal digulirkan, MBG disambut dengan campuran optimisme dan skeptisisme. Namun, ketika implementasi di lapangan mulai batuk-batuk, pemerintah justru membiarkan bola liar informasi menggelinding tanpa arah.
Publik dipaksa menyaring serpihan informasi dari berbagai sumber yang tumpang tindih, terkadang dari Kantor Staf Presiden (KSP), Badan Gizi Nasional (BGN), atau melalui pernyataan parsial para menteri terkait.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
