JOMBANG, iNewsSurabaya.id – Pandemi Covid-19 sempat merenggut sumber penghidupan banyak keluarga. Namun bagi sejumlah ibu rumah tangga di Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, masa sulit itu justru menjadi titik balik untuk bangkit dan berkarya.
Mereka yang dulunya buruh pabrik sarung dan harus menerima pahitnya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, kini menjelma menjadi penggerak ekonomi kreatif melalui Sentra Tenun Wastra Sejahtera. Dari tangan-tangan terampil para perempuan tangguh ini, lahir berbagai produk tenun khas Jombang yang mulai dikenal hingga luar daerah.
Beragam hasil karya diproduksi di sentra ini, mulai dari sarung goyor, kain lurik, kain motif, kain dobi dengan tekstur timbul, hingga selendang berwarna alam. Tak berhenti di situ, mereka juga mengembangkan produk lain seperti blangket serta inovasi terbaru berupa tirai bambu yang kini mulai diminati pasar.
Proses pembuatan kain tenun bukan pekerjaan instan. Setiap lembar kain melewati tahapan panjang dan penuh ketelatenan. Dimulai dari memintal benang, lalu midang, yakni menghitung dan menata benang sesuai kebutuhan motif. Benang kemudian digambar, diikat, dan dicelupkan ke warna pilihan sebelum diurai, dipalet, dan akhirnya ditenun secara manual.
Tahap akhir adalah penjahitan atau penyambungan kain hingga siap dipasarkan. Untuk menyelesaikan satu potong kain, para perajin membutuhkan waktu rata-rata dua hari, tergantung tingkat kerumitan motif dan kondisi mesin tenun yang terkadang mengalami kendala teknis. Dalam kondisi normal, mereka mampu memproduksi hingga tiga potong kain setiap pekan.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
