Amiruddin memaparkan, kandungan mikroplastik dalam air pada gilirannya akan masuk kedalam rantai makanan melalui air, plankton, benthos, ikan air tawar, ikan laut (seafood) dan masuk kedalam tubuh manusia. Padahal mikroplastik masuk dalam kategori EDC (Endocrine disruption Chemical) bahan kimia pengganggu hormon.
"Mikroplastik mengandung bahan tambahan seperti phtalat, bhispenil A, alkhyl phenol, pigmen warna dan anti retardan, semua bahan kimia tambahan ini bersifat karsinogenik dan mengganggu hormon," paparnya.
Lebih lanjut Amiruddin menjelaskan, bahwa gangguan hormon akibat senyawa EDC akan mendorong gangguan reproduksi yang bisa mendorong terjadinya kepunahan ikan di Ciliwung.
Direktur Eksekutif WALHI DKI Jakarta, Suci Fitriah Tanjung, mengungkapkan bahwa ikan sungai terutama yang berasal dari sungai Ciliwung masih menjadi salah satu sumber pangan masyarakat. Ikan sapu-sapu bahkan juga menjadi bahan baku industri pangan kecil.
Namun kondisi sungai dan ikan-ikan yang memprihatinkan karena pencemaran, tentu sangat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat terutama dari sisi kesehatan.
"Kami mendorong Pemprov Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk memulihkan kualitas air Ciliwung dengan mengendalikan sumber-sumber pencemaran industry skala rumah tangga, pengendalian sampah plastik dengan membangun TPS 3R di tiap desa yang dilalui Ciliwung dan pengendalian limbah domestik," tegasnya.
Untuk itu, WALHI DKI Jakarta, Ciliwung Institut dan Ecoton mendorong Upaya Pemulihan kualitas air untuk peningkatan mutu ekologis Ciliwung mendesak Pemprov DKI Jakarta untuk mengendalikan pencemaran sampah plastik.
“Sampah plastik inilah yang pada gilirannya akan menjadi Mikroplastik,” lanjut Suci Fitriah.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait