MOJOKERTO, iNews.id – Ramadan menjadi momentum membahagiakan bagi perajin tenun di Mojokerto. Mereka mendapat pesanan lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.
Tak tanggung-tanggung, kenaikan pesanan mencapai 20 persen dari biasanya. Para perajin tenun ikat yang bekerja di industri kecil menengah (IKM) RH Lestari yang terletak di Desa Kedunguneng, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto ini selalu disibukkan dengan alat tenunnya. Industri rumahan itu riuh dengan suara alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu atau kerap disebut alat tenun bukan mesin (ATBM).
Meski dalam kondisi berpuasa, mereka tetap semangat merangkai satu persatu benang menjadi kain tenun ikat yang indah. Pemilik IKM Tenun Ikat RH Lestari, Budi Iswanto mengatakan, dalam momentum Ramadan kali ini permintaan kain tenun meningkat dibanding tahun sebelumnya. Ia dan dua pegawainya pun harus ekstra keras agar dapat memenuhi tingginya permintaan pasar.
Sementara itu, selama setahun ini atau sejak pandemi Covid-19 kondisi permintaan kain tenun mengalami penurunan drastis. Kini di tengah Ramadan 2022 keadaan tersebut mulai membaik dan bangkit.
“Awal-awal pandemi Covid-19 kita mengalami penurunan permintan sampai 50 persen. Alhamdulillah sekarang sudah mulai banyak pesanan lagi,” katanya.
Selain Mojokerto, pesanan datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, seperti Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik. Hasil karyanya juga dilirik oleh kalangan penjabat, baik pemerintah daerah maupun provinsi.
“Banyak pesanan dari instansi pemerintah. Kemarin ada dari pemprov jatim yang datang ke sini, pesan banyak. Kalau dari instasi pemerintah itu bisanya dibuat seragam,” jelas pria berusia 36 tahun itu.
Bagi Budi, mempertahankan usaha yang telah ia rintis sejak tahun 2013 itu bukanlah perkara mudah. Ia mengaku, jumlah permintaan yang banyak belum bisa diimbangi dengan tenaga jumlah tenaga kerja. Sehingga terkadang Budi merasa kuwalahan menerima jumlah pesanan dengan tempo singkat.
Menurutnya, untuk saat ini peminat menjadi perajin tenun sangatlah minim. Oleh karena itu, pihaknya bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperidag) Kabupaten Mojokerto membuat pelatihan menenun untuk merekrut pekerja.
“Permintaanya banyak, tenaganya sedikit. Kadang kita tidak mampu menyelesaikan jika temponya singkat. Nah, kita difasilitasi oleh Disperindag membuat pelatihan untuk warga. Tentu harapan saya ini sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” tutur dia.
Dalam sehari, satu perajin mampu mampu menghasilkan satu potong kain tenun ikat berukuran 2,5 sentimeter. Harga kain tenun ikat sendiri dijual mulai dari Rp 200 sampai Rp 500 ribu. “Kita tidak tidak pernah jual ke toko, hanya melayani pesanan saja,” imbuhnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait