Wanita yang Jadi Otak Kemerdekaan RI, Ini Dia Sosok dan Perjuangannya

Arif Ardliyanto
wanita Indonesia tidak takut lagi mengembangkan bakatnya. Imbasnya, kemerdekaan sampai pada Proklamasi juga melibatkan kaum hawa.

RA Kartini menjadi sosok panutan kaum perempuan untuk selaras dengan kaum laki-laki. Keinginannya dengan menjunjung tinggi kesetaraan gender terealisasi, buktinya saat momentum proklamasi kemerdekaan Indonesia, terdapat sejumlah wanita yang terlibat dan menjadi 'otak' kemerdekaan RI. 

Fakta ini membuktikan, apa yang dimpikan RA Kartini bisa menjadi kenyataan. Dengung kesetaraan menjadi terus bergema, wanita Indonesia tidak takut lagi mengembangkan bakatnya. Imbasnya, kemerdekaan sampai pada Proklamasi juga melibatkan kaum hawa.

Berikut 5 tokoh perempuan yang terlibat dalam Proklamasi kemerdekaan:

Fatmawati

Istri Presiden Soekarno, Fatmawati, merupakan ibu negara pertama yang dimiliki Indonesia. Selain setia mendampingi suaminya di masa perjuangan, Fatmawati juga merupakan sosok yang menjahit bendera Merah Putih. Bendera itulah yang kemudian dikibarkan dalam Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Fatmawati adalah putri Bengkulu yang lahir pada 5 Februari 1923. Ia dan Bung Karno bertemu di Bengkulu, saat Bung Karno tengah diasingkan oleh pemerintah Belanda. 

Oetari Soetarti

Saat Proklamasi kemerdekaan, Oetari masih berstatus sebagai mahasiswi Ika Daigaku kedokteran. Ia sengaja hadir di jalan Pegangsaan Timur 56 demi menyaksikan detik-detik bersejarah dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Setelahnya, ia menjadi petugas PMI di Bidara Cina dan menikahi teman sekampusnya, Suwardjono Surjaningrat. 

S.K Trimurti

Surastri Karma Trimurti adalah perempuan asal Surakarta yang lahir pada 11 Mei 1912. Melansir artikel Sejarah dan Budaya bertajuk ‘S.K. Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia’, ia dikenal sebagai seorang wartawan yang tulisan-tulisannya kerap membuat panas pemerintah Belanda. Meskipun sering mendapat sorotan tajam dari kolonial, semangatnya tidak pernah padam. Ia semakin berani dan terus menuliskan apa yang menjadi pemikirannya.

Ketika Proklamasi kemerdekaan, S.K Trimurti sebenarnya diminta untuk mengibarkan bendera pusaka. Namun, ia menolak dan mengatakan bahwa pengibaran sebaiknya diambil alih oleh prajurit. Tanpa instruksi, Latief Hendraningrat yang mengenakan seragam PETA maju dan mengibarkan bendera bersama S. Suhud.

Gonowati Djaka Sutadiwiria

Gonowati adalah mahasiswi sekolah kedokteran atau Ika Daiku yang juga menyaksikan Proklamasi Indonesia. Ia berperan sebagai anggota pengamanan yang menjamin jalannya Proklamasi agar berlangsung aman dan tertib. Diketahui, ketika itu mahasiswa membantu Barisan Pemuda, Barisan Pelopor, dan polisi untuk mengamankan Proklamasi. Sebab, tentara Jepang dikhawatirkan merangsek dan mengacaukan acara sakral tersebut. Saat perang kemerdekaan, Gonowati menjadi anggota PMI dan membantu dalam pengumpulan obat-obatan.

Yuliari Markoem

Sama dengan Oetari, Yuliari juga hadir sebagai perwakilan mahasiswi dalam Proklamasi kemerdekaan. Ia bertugas sebagai anggota kelompok mahasiswa dalam penaikan bendera pusaka. Setelah Proklamasi, Yuliari juga berperan dalam memasok kebutuhan medis ke wilayah gerilya saat perang kemerdekaan pertama.

Diolah dari berbagai sumber/Ajeng Wirachmi/Litbang MPI

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network