Kisah Nabi Syits, Anak Adam yang Miliki Kecerdasan Tak Terpublikasikan

Redaksi
Ilustrasi-Kisah Nabi Syits, nabi kedua setelah Adam AS dapat menjadi cerita yang menginspirasi bagi umat muslim

Kisah Nabi Syits, nabi kedua setelah Adam AS dapat menjadi cerita yang menginspirasi bagi umat muslim. Nabi Syits adalah seorang putra Nabi Adam AS dan Hawa yang meneruskan wasilah kenabian di muka bumi setelah ayahnya.

Bisa dibilang, Nabi Syits adalah nabi kedua setelah Adam AS. Nabi Syits termasuk guru Nabi Idris AS, yang pertama kali mengajarkan baca-tulis, ilmu falak, menjinakkan kuda dan lain-lain.  Dalam Kitab Qasas al-Anbiya sebagaimana diceritakan Salim Umar Alatas disebutkan, Nabi Adam sempat menderita sakit selama 11 hari sebelum wafat.

Saat masih sakit, Nabi Adam berwasiat kepada Syits untuk meneruskan wasilah kenabian.  Nabi Adam juga sempat mengingatkan Syits untuk menjaga kerahasiaan mandat tersebut agar tidak sampai diketahui oleh putranya yang pendengki, Qabil. Menurut Ibnu 'Abbas, Syith dilahirkan ketika Nabi Adam berusia 930 tahun.

Syith terpilih menjadi keturunan Adam yang menjadi nabi karena memiliki kelebihannya di segi kecerdasan, keimanan, ketakwaan dan kepatuhan dibandingkan dengan semua anaknya saat itu. Nama Nabi Syits memang tidak disebutkan dalam Al Quran dan tidak termasuk dari 25 Nabi yang wajib diimani. Namun, kisahnya dari sejumlah riwayat tentu memiliki banyak hikmah yang dapat dipetik.

Kisah tentang Nabi Syits AS salah satunya terdapat dalam Qashash al-Anbiya dan disebutkan bahwa ia menerima perintah dari Allah SWT dalam 50 suhuf.  Mendapat Perintah Memerangi Qabil Kisah awal kelahiran Nabi Syits sendiri memang bermula dari peristiwa pembunuhan Qabil terhadap Habil. Qabil bisa disebut sebagai awal mula angkara murka di muka bumi setelah Nabi Adam diturunkan ke dunia.

Setelah Adam mengetahui Habil terbunuh, selama setahun dia tidak tertawa dan tidak bergaul dengan Hawa. Maka, Allah berfirman kepadanya: “Hai Adam, sampai kapan tangisan dan kesedihan ini? Sesungguhnya Aku akan memberikan pengganti dari anak itu untukmu dengan anak yang terpercaya dan akan menjadi nabi, dan dari keturunannya akan Kujadikan para nabi hingga Hari Kiamat.Tandanya adalah dia akan dilahirkan sendirian, tidak mempunyai saudara sekandung. Apabila lahir anak itu, namailah dia Syits.”

Dalam bahasa Suryani, nama tersebut (Syits) berarti hamba Allah. Ketika Hawa mengandung sang anak yakni Syits, kandungannya tidak terasa berat dan dia melahirkannya tanpa dengan susah payah. Hawa melahirkan Syits beberapa tahun setelah terjadinya pembunuhan Habil oleh saudaranya sendiri, Qabil. Sebelum Nabi Adam Wafat, Syits menerima beberapa wasiat dari ayahnya termasuk perintah untuk memerangi Qabil yang durjana. Nabi Adam memberitahukan Syits tentang akan terjadinya topan dan kehancuran alam. Selain itu diajarkan pula kepadanya tentang waktu-waktu ibadah dalam sehari semalam. 

Dikeluarkan juga seutas tali dari sutera yang memuat gambaran tentang para nabi dan orang-orang yang akan menguasai dunia. Tali tersebut diturunkan kepada Adam dari surga dan diberikannya kepada Syits untuk dilipat dan disimpan di dalam tabut (sejenis peti) yang harus terkunci.

Adam lalu mencabut beberapa lembar rambut dari janggutnya dan meletakkannya ke dalam tabut sambil berkata, “Hai anakku, ambillah rambut-rambut ini, dan bawalah bersamamu ketika menghadapi urusan yang penting. Rambut-rambut ini akan membantumu mengalahkan musuh selama masih ada bersamamu. Apabila engkau melihat rambut-rambut tersebut memutih, maka ketahuilah bahwa ajalmu telah dekat dan engkau akan meninggal pada tahun itu. 

Kemudian Nabi Adam mencopot cincinnya dan memberikannya kepada Syits serta menyerahkan tabut dan suhuf yang telah diturunkan kepadanya. Adam berkata, “Wahai anakku, perangilah saudaramu, Qabil. Sesungguhnya Allah akan menolongmu untuk mengalahkannya.”

Demikianlah wasiat terakhir yang disampaikan oleh Adam kepada anaknya, Syits. Hal itu kemudian berujung pada peperangan pertama di muka bumi setelah Nabi Adam diturunkan ke dunia. Dalam peperangan tersebut, Qabil kalah dan akhirnya menjadi tawanan. Kedua tangan Qabil dibelenggu ke atas pundak dan ia ditahan ditempat yang sangat panas hingga meninggal. Wallahu a’lam
 

Editor : Arif Ardliyanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network