SURABAYA, iNews.id - Produksi film di Kota Surabaya masih minim, tak banyak sekolah yang mampu memproduksi film untuk dinikmati masyarakat. SMK Dr Soetomo (Smekdor) Surabaya menjadi salah satu sekolah kejuruan yang mampu memproduksi film secara profesional.
Bahkan, siswa yang akan lulus diwajibkan untuk memproduksi film sebagai persyaratan. Mereka harus menyelesaikan Tugas Akhir (TA) berupa produksi film. Tuga akhir ini sekaligus menjadi ukuran dalam uji kompetensi siswa untuk memperoleh sertifikat keahlian pendamping ijazah. Untuk memproduksi film yang berkualitas, Smekdor menggandeng Lembaga Sertifikasi Profesi Persatuan Karyawan Film dan Televisi (KFT) Indonesia, sebanyak 30 siswa kelas 3 mengikuti uji sertifikasi selama dua hari dengan menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).
Tugas akhir jadi syarat kelulusan siswa SMK. Karenanya, beberapa sekolah sering melibatkan tenaga profesional dari industri untuk melakukan asesmen karya siswa. Salah satunya yang dilakukan SMK Dr Soetomo Surabaya (SMEKDOR'S). Dalam assesmen ini, sekolah menggandeng Ketua Umum KFT (Karyawan Film Televisi) dan BPI (Badan Perfilman Indonesia), Gunawan Paggaru.
Salah satu screening karya yang ditampilkan adalah film pendek 'Kulo Nuwun', yang merupakan karya kelompok 1. Ketua Kelompok, Putri Nurrahma Maulidia mencerita karya film tersebut bercerita tentang remaja yang diterima kerja di tempat baru. Namun, di tempat itu dia tidak permisi dan dihantui dengan makhluk lain.
"Jadi yang ingin kami sampaikan film ini adalah dimanapun kita berada semua harus permisi, dan orang harus tau sopan santun ditempat baru," ceritanya, Rabu (18/5) usai screening film di CGV Marvel, Surabaya.
Meski begitu, Putri mengakui ada beberapa persoalan teknis yang menjadi kendala. Seperti editing dan adegan yang kurang sesuai. Sehingga harus dilakukan take ulang. Selain itu, ada persiapan khusus seperti penggunaan audio yang lebih jelas dan pengaturan color bridge untuk diputar di layar bioskop.
Ketua Assesmen, sekaligus Ketua Umum KFT dan BPI, Gunawan Paggaru mengungkapkan, aspek penilaian dalam assesmen karya tugas akhir ini meliputi pengetahuan, skill dan attitude.
"Kita nilai aspek ini, dalam menilai karya siswa. Karena tiga elemen ini sangat penting dan berpengaruh dalam industri perfilaman. Dari hasil screening ini kita juga bisa melihat bahwa anak-anak memang kompeten," ujarnya.
Hal itu terbukti dari hasil evaluasi tahun lalu, di mana hampir rata-rata kompetensi siswa sudah memenuhi standart. Apalagi, imbuh Gunawan, para siswa di SMK Dr Soetomo ini selalu dilibatkan sekolah untuk berkolaborasi membuat karya dengan tenaga profesional dari industri film.
Assemen dengan melibatkan tenaga profesional, kata Gunawan akan sangat menguntungkan bagi siswa. Jaminan kelulusan siswa lebih besar dengan kompetensi yang sudah terverifikasi dari pihak profesional. Selain itu, saat lulus industri akan melihat portofolio, yang tentu saja akan berpengaruh pada penerimaan kerja.
Tugas akhir produksi film ini baru pertama di level SMK bahkan PT yg ditayangkan di layar lebar yg punya format berbeda dengan tampilan di hp atau layar laptop. Jadi hasil karya sdh disiapkan untuk ditonton banyak orang. Ujar Gunawan.
Sementara itu, Kepala SMEKDOR'S, Juliantono Hadi mengungkapkan ada 4 karya film yang dibuat oleh 4 kelompok siswa. Karya ini sebagai syarat dalam penentuan kelulusan. Untuk tema, siswa dibebaskan membuat karya dengan tema apapun. Sebab, diakui Juliantono berkaca dari tahun sebelumnya, siswa kesulitan dalam memproduksi film pendek karena pandemi.
"Setelan screning film. Akan dilakukan assesmen dari pihak KFT dan BPI, hasil itu akan menyatakan siswa lulus dengan sertifikat Kompetensi," katanya.
Digandengnya tim penilai dari pihak profesional, terang Juliantono karena dalam penilaian kompetensi jurusan perfilman lebih detail. Seperti penilaian sutradara, penilaian lighting dan sebagainya.
"Sejauh ini keterserapan lulusan dalam industri film ini cukup tinggi. Dua angkatan lulusan kebanyakan masuk di industri film. Seperti keterlibatan lulusan dalam produksi film Yowes Ben dan beberapa film karya sineas Surabaya dan Jogjakarta," tutup dia.[
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait