Globalisasi dan evolusi ekonomi berbasis pengetahuan telah menyebabkan perubahan karakter dan fungsi pendidikan tinggi di sebagian besar negara di seluruh dunia. Globalisasi memberikan dampak positif maupun negatif khususnya dalam perkembangan pembelajaran berbasis ICT, dengan berkembangnya pembelajaran berbasis ICT menjadikan pendidikan tinggi mampu membuat perubahan yang signifikan untuk mengikuti tren perkembangan tersebut.
Namun, dampak globalisasi pada universitas tidak seragam praktiknya seperti dalm bidang bisnis telah diadopsi untuk mengatasi persaingan di pasar global. Tekanan untuk merestrukturisasi dan mereformasi pendidikan tinggi terutama berasal dari tumbuhnya harapan dan tuntutan pemangku kepentingan yang berbeda dalam masyarakat. Dapat penulis contohkan dalam hal tingkat akreditasi sebuah perguruan tinggi , baik akreditasi tingkat nasional dan tingkat internasional.
Banyak perguruan tinggi di Indonesia berlomba lomba meningkatkan kualitas perguruan tingginya menjadi perguruan tinggi yang terakreditasi unggul dalam peringkat nasional dan mampu terakreditasi ditingkat nasional salah satunya dengan ISO. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyrakat terhadap label kualitas perguruantinggi tersebut untuk dijadikan rujukan menempuh pendidikan.
Persaingan yang sangat ketat untuk mencapai tingkat pemeringkatan dalam anugrah kampus unggul di tingkat nasional setiap tahun pemerintahan mengadakan pengisian data AKU di tiap perguruan tinggi, PT di Indonesia pun diberikan waktu untuk memperbaiki serta mengikuti penilaian yaitu akreditasi nasional untuk menentukan tingkat penilaian kualitas dari Perguruan tinggi tersebut. Tidak dipungkiri selain untuk menjadikan gengsi tersendiri dari pemeringkatan tersebut juga sebagai ajang untuk memprmosikan Perguaruan Tingginya sebagai ajang pencarian mahasiswa baru, tak helak banyanya brosur maupun iklan untuk melakukan promosi kampus mengedepankan status akreditasi Perguruan Tinggi tersebut.
At a glance, globalization has three major impacts on education. First of all, in financial terms, most governments have to control the growth of public funding and to explore alternative sources to finance education particularly when education is massified (Welch, 1998; Tai, 2000). Menaggapi hal tersebut bahwasanya globalisasi memiliki dampak besar bagi pendidikan. Salah satunya di keuangan, sebagian besar pemerintah harus mengontrol pertumbuhan pendanaan publik dan untuk mengeksplorasi sumber-sumber alternatif untuk membiayai pendidikan khususnya ketika pendidikan bersifat massif. Dapat penulis kaitkan dalam Perguruan Tinggi swasta di Indonesia, yang sebagaian besar pendanaan untuk menunjang terjadinya keberlangsungan pendidikan di butuhkan sumber dana internal institusi tersebut melalui pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa, dan sumber dana yayasan.
Akan tetapi pemerintah juga memberikan dana hibah dapat dicontohkan yaitu dana hibah penelitian dan pengabdian, dimana para dosen di perguruan tinggi baik negeri dan swasta diberikan kesempatan yang sama untuk melakukan pengusulan proposal hibah dan di sesuaikan dengna klaster perguruan tinggi masing masing. Diharapkan dengan adanya dana hibah tersebut mampu memberikan motivasi dan support anggaran untuk menuju kompetensi SDM PT yang sejahtera. PT di Indonesia sudah banyak yang menjadikan PT nya sebagai PT berbasis reaset hal ini dilakukan salah satunya untuk meningkatkan klaster perguruan tinggi tersebut.
Data Knowledge Economic Index yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, Misalnya, Indonesia menempati peringkat 91 (dari 137 Negara) dan termasuk berada pada kelompok Negara yang tidak memperlihatkan kemajuan sejak tahun 1995. Sementara itu, data yang dikeluarkan Global Economic Forum, Indonesia menempati urutan 54 dari 131 negara Dampak globalisasi bersifat multidimensional; hal ini juga terasa dalam bidang pendidikan terutama pendidikan tinggi yang secara langsung berinteraksi dengan komunitas internasional.
Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya perubahan peran institusi pendidikan tinggi. Peran sebagai institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu, perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan maka pendekatan komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.
Pendidikan Tinggi di Indonesia saat ini diselenggarakan oleh lebih dari 4252 PT, yang meliputi Universitas (538), Institut (128), Sekolah Tinggi (2240), Politehnik (241), Akademi (1105). 2 Secara keseluruhan, PT tersebut menampung 4.987.7403. pada tulisan kali ini merujuk dari perkembangan dampak globalisasi bagi PT berbasis agama hal hal apa yang tetap di pertahankan untuk menerapkan glokalisasi yang ada pada PT tersebut.
Beberapa Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia ada PT berbasis agama, dalam tulisan kali ini penulis megambil sampel PT berbasis agama diwilayah Jawa Timur diantaranya adalah Universitas Hasyim Asy’ari Jombang, Universitas Nahdlotul Ulama Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Gersik, STITNU Alhikmah Mojokerto, dan STAI Al-Ahzar Menganti. Dari beberapa universitas yang penulis pilih tersebut , ada satu hal yang akan penulis gali mengenai penerapan kurikulum dalam menghadapi globalisasi.
Data yang didapat dari PT tersebut bahwasanya memiliki ciri khas dari kurikulum PT bisa di jawabrakan dalam hal ini Universitas Hasyim Asy’ari Jombang menerapkan kurikulum berbasis PT berupa pengaplikasian dalam mata kuliah religius Matkul Pemikiran hadrotus syekh Hasyim Asyari, Universitas Nahdlotul Ulama Sidoarjo menerapkan kurikulum berbasis PT berupa Religious campus with entrepreneurship dan Aswaja Ahlussunnah wal jamaah, Universitas Muhammadiyah Gersik, menerapkan kurikulum berbasis PT berupa Kewirausahaan dan Al Islam Kemuhammadiyahan, STITNU Alhikmah Mojokerto menerapkan kurikulum berbasis PT berupa matakuliah Tasawuf dan Aswaja.
Berdasarkan implementasi kurikulum berbasis ciri khas PT tersebut dapat penulis simpulkan bahwa salah satu ide glokalisasi PT yang bisa di implementasikan mengingat dampak globalisasi yang lagi marak terjadi.
Penulis :
Zuni Eka Tiyas Rifayanti
Mahasiswa S3 Dikdas Universitas Negeri Surabaya
Dosen STKIP Bina Insan Mandiri
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait