SURABAYA, iNews.id - Batik selama ini menjadi busana yang kerap dikenakan untuk acara-acara resmi, seperti acara kenegaraan atau kondangan.
Namun baru-baru ini, batik justru menjadi busana keseharian bahkan yang mengenakan adalah kaum milenial.
Salah satu produk batik yang digemari milenial ini adalah batik tulis Ulur Wiji yang diproduksi di pelosok Mojokerto. Tepatnya di Dusun Pandan Toyo, Desa Pandan Krajan, Kecamatan Kemlagi.
Sebagaimana pada umumnya, batik Ulur Wiji sendiri hadir dengan berbagai ragam motif. Hanya saja, motif-motif yang terukir di kain tidak terlalu rekat. Adanya jarak motif itulah yang membuat batik tidak terlihat formal.
Co Founder Ulur Wiji, Nasta Rofika, mengakui bahwa pihaknya sengaja membidik pasar anak muda. Sehingga motif batik disesuaikan agar tidak hanya dipakai pada acara formal, akan tetapi juga bisa dipakai sehari-hari.
"Jadi motif kami sebenarnya motif tradisional yang kita sederhanakan. Selain menghemat tenaga dan bahan, dengan membuat motif sederhana maka harga jual batik terjangkau," katanya saat ditemui di gerai Ulur Wiji BSI UMKM Center Surabaya, Jawa Timur, Kamis (21/7/2022).
Rofika mengungkapkan, selain digemari oleh anak-anak muda, batik Ulur Wiji sudah merambah ke pasar nasional hingga mancanegara.
Untuk pasar nasional, kata dia, Ulur Wiji banyak mendapat pesanan dari warga BSD Tangerang dan Jabodetabek. Sedangkan Mancanegara, Ulur Wiji sudah dipasarkan di Kanada dan Jepang.
"Kami juga kerjasama dengan orang Kanada dan Jepang. Mereka menjual dengan brand sendiri tapi batik dari kita," ucapnya. Terbaru, lanjut Rofika, ada salah satu ternama yang sudah mulau bekerjasama.
Meluasnya pasar Ulur Wiji hingga ke mancanegara ini lantaran batik banyak dipasarkan melalui kanal-kanal online ketika dunia dilanda wabah pandemi Covid-19.
"Jadi kita banyak bermain online, supaya kita bisa menghemat budget untuk pameran atau sewa tenant," ujarnya.
Gunakan Pewarna Alami
Menariknya, batik Ulur Wiji hadir dengan teknik yang cukup tradisional. Batik di produksi menggunakan pewarnaan alami. Sejumlah bahan dasar warna, bahkan hasil riset dari Nasta Rofika sendiri.
"Kami menggunakan pewarnaan alami, karena kami konsen ke lingkungan," kata dia.
Alumni Teknik Lingkutan ITS ini mengaku, penggunaan warna alami memang membutuhkan efford yang cukup besar. Namun bagi Rofika, hal itu memunculkan kepuasan tersendiri.
"Karena kami tinggal di pemukiman, maka bahan alami ini tidak ada limbah. Bahan-bahan warna seperti kayu hampir habis keserap kain," tuturnya.
Ia menyebut, bahan pewarnaan batik terdiri dari kayu tegeran, kayu mahoni, kayu jambal, kayu secang, daun indigo yang didapat dari petani Semarang dan sejumlah bahan lainnya.
Bagi pembatik, bahan-bahan warna alami ini sudah tidak asing. Namun untuk mendapatkan warna yang serasi, Rofika tetap melakukan penelitian.
"Ini kami riset sendiri agar sesuai dengan kain yang akan dibatik," ungkapnya.
Berdayakan Warga Desa
Nasta Rofika mulai merintis usaha batik sejak tahun 2019. Selanjutnya pada tahun 2020 Ulur Wiji resmi mewarnai pasar batik Indonesia.
Saat ini, Ulur Wiji menjadi tumpuan hidup sebagian warga sekitar Desa Pandan Krajan, Kemlagi, Mojokerto. Sedikitnya sudah ada 12 orang yang setiap hari bekerja disana. Jumlah pembatik ada 8 orang dan akan ditambah 2 orang.
Sedangkan untuk penjahit, Rofika memberdayakan warga tetangga desa. "Penjahit ada di Surabaya dan desa sebelah. Untuk pekerja memang kami prioritaskan dari desa kami dulu dan orang yang membutuhkan pekerjaan," terangnya.
Pemberdayaan itu, kata Rofika, sesuai dengan apa yang ia cita-citakan dan melekat dalam falsafah Ulur Wiji, yang dalam bahasa Jawa artinya menebar benih kebaikan.
Raih Penghargaan Talenta Wirausaha BSI
Meski baru merintis usaha batik, Nasta Rofika berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan. Pada Januari 2022, Ulur Wiji Batik tercatat sebagai juara 1 Kategori Berdaya dari program Talenta Wirausaha yang digelar oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Sebuah program untuk mendorong UMKM sebagai salah satu tulang punggung perekonomian nasional, serta membangkitkan ekonomi umat melalui penguatan sektor bisnis ekonomi rakyat.
Saat ini, Batik Ulur Wiji yang ditawarkan mulai Rp.400 ribu ini bisa dijumpai di BSI UMKM Center Surabaya, Jawa Timur. UMKM Center tersebut sebagai dukungan nyata dalam memperkuat usaha kecil dan menengah yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional.
Editor : Ali Masduki