Riset ini, lanjut Nugroho, beranggotakan Yuyun Widiastuti, S.E., M.M, Karsam, MA., Ph.D, serta mahasiswa Saiful, Siti Ulandari Saibudin, dan Siti Mufrotin dari Program Studi Manajemen serta Alma Mei Fauziyah dan Chintia Dwi Chandraini dari Program Studi Akuntansi UWP.
“Penelitian ini dilaksanakan di sentra UMKM Batik di Kabupaten Jombang, Tuban, Lamongan, Sidoarjo dan Kota Surabaya,” tutur dia.
Hasil riset ini menunjukkan, selama ini UMKM Batik masih mementingkan faktor ekonomi (omset dan profit). Faktor lingkungan dan sosial belum menjadi perhatian utama. UMKM Batik perlu re-orientasi dari orientasi ekonomi bergeser ke faktor lingkungan melalui pengembangan green product batik berbahan baku pewarna alam.
“UMKM Batik tidak bisa meninggalkan segmen pasar yang menyenangi produk batik dengan pewarna sintetis karena jumlah konsumennya sangat banyak dan menjanjikan. Oleh karena itu dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk membantu penyediaan infrastruktur pengelolaan limbah yang berbasis komunal,” tegas Nugroho.
Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya getol memperhatikan keberadaan UMKM Batik di Jawa Timur. Dosen dan mahasiswa turun untuk melakukan penelitian dan pendampingan kepada UMKM Batik.(Foto : ist)
Disamping itu, bebernya, masyarakat sekitar UMKM batik perlu ditingkatkan keterlibatannya sebagai tenaga kerja, terutama masyarakat tidak mampu.
Sementara itu, Sutrisno Pemilik UMKM Batik Colet Jombang mengatakan, pandemi covid-19 memiliki dampak yang sangat besar terhadap penjualan batik. UMKM-UMKM banyak yang merasakan penurunan omzet. “Kedatangan tim Universitas Wijaya Putra ini membantu memetakan masalah yang kami hadapi. Kami dapat memberikan solusi permasalahan manajeman, kewirausahaan dan lingkungan UMKM ini,” ucapnya.
Editor : Arif Ardliyanto