get app
inews
Aa Read Next : Premi Bruto Asuransi Raksa Mencapai Rp998 Miliar di 2023

Analisa Isi Pidato Presiden Jokowi, Rizal Ramli Ingatkan Windfall Profit Tak Bertahan Lama

Jum'at, 19 Agustus 2022 | 14:07 WIB
header img
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR - DPD Tahun 2022 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Foto: ANTARA/Galih Pradipta.

SURABAYA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan berbagai hal melalui pidato kenegaraannya dalam rangka HUT ke-77 Kemerdekaan RI Selasa (16/8/22) lalu.

Jokowi berbicara mengenai tantangan global yang kian tak pasti, seperti pandemi Covid-19 yang belum usai ditambah dengan perang Rusia-Ukraina kini justru menyebabkan ketidakpastian semakin berlanjut.

"Tantangan yang kita hadapi sangat berat. Sangat sulit. Tidak mudah. Semua negara di seluruh dunia sedang menghadapi ujian yang sama. Krisis kesehatan pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih. Perekonomian dunia juga belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi," terang Jokowi. 

Dia menambahkan, 107 negara terdampak krisis, dan sebagian di antaranya diperkirakan akan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.

Ujian ini dinilai tidak mudah bagi dunia dan juga tidak mudah bagi Indonesia. Namun, Jokowi mengatakan bahwa di tengah tantangan yang berat, Indonesia termasuk negara yang mampu menghadapi krisis global ini.

Inflasi juga berhasil dikendalikan di kisaran 4,9 persen. Angka ini ia sebut jauh di bawah rata-rata inflasi ASEAN yang berada di sekitar 7 persen dan jauh di bawah inflasi negara-negara maju yang berada di sekitar 9 persen. Bahkan, sampai pertengahan tahun 2022, APBN surplus Rp106 triliun.

Oleh karena itu, pemerintah mampu memberikan subsidi BBM, subsidi LPG, dan subsidi listrik, sebesar Rp 502 triliun di tahun 2022 ini, agar harga BBM di masyarakat tidak melambung tinggi.

Selain itu, ekonomi berhasil tumbuh positif di 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022. Neraca perdagangan juga surplus selama 27 bulan berturut-turut, dan di semester I tahun 2022 ini surplusnya sekitar Rp364 triliun.

"Capaian tersebut patut kita syukuri. Fundamental ekonomi Indonesia tetap sangat baik di tengah ekonomi dunia yang sedang bergolak," ucap Jokowi.

Begawan Ekonomi Dr Rizal Ramli menyampaikan sebuah analisa terkait rangkaian pidato presiden tersebut. 

Menurut RR, sapaan akrab Rizal Ramli, dalam setahun terakhir, komoditi dan energi naik tinggi karena lonjakan permintaan pasca-covid (pent-up demand) dan perang Ukrania. 

Ia mengatakan, Indonesia beruntung karena mendapat keuntungan dadakan (‘windfall profit’). Namun, keuntungan itu akibat faktor external (externally-driven growth), bukan hasil dari strategi yang unggul, peningkatan nilai tambah atau efisiensi ekonomis. 

Ekonomi Indonesia yang memiliki banyak komoditi dan sumber daya alam hanya tumbuh 5,5 % Q2-2022, tetapi negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam, ekonomi mereka bahkan tumbuh lebih tinggi, Vietnam 7,7% dan Filipina 7,4% pada Q2-2020, menunjukan bahwa ekonomi mereka memiliki nilai tambah dan efisiensi yang lebih tinggi. 

"Keuntungan dadakan akibat faktor-faktor eksternal ini, sangat menguntungkan oligarki komoditi dan tambang," demikian analisa RR, Jumat (19/8/2022). 

Tetapi, imbuh Menko Ekuin era Presiden Gus Dur tersebut, kehidupan mayoritas rakyat masih sangat susah. Hal itu terlihat dari Gini Index yang turun dari 0,381 menjadi 0,384. 

Belum lagi, rakyat juga dibebani dengan kenaikan harga listrik, BBM, serta biaya sekolah. Inflasi umum hanya 5%, tetapi inflasi makanan sudah 10%. 

"Uang juga sulit karena tersedot SUN (Surat Utang Negara, red) untuk bayar utang," tandasnya.

RR menegaskan, bahwa faktor external itu hanya bersifat sementara. Dalam satu tahun ke depan, akan balik arah karena pengetatan likuiditas OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dan akan mengurangi permintaan global ketika perang Ukraina akan masuk tahap ‘containment’ atau berlangsung statis.

"Begitu terjadi arah, surplus perdagangan, current account dan budget RI akan kembali merosot. Apakah sudah ada langkah-langkah antisipasi?," ujar RR.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut