Alat ciptaan Agus dan Lutfi itupun sudah pernah diujikan langsung di Dusun Jajar. Berdasarkan penghitungan pada proses pencampuran ragi dan kedelai, terdapat tingkat selisih kapasitas maksimal sekitar 30 menit atau setara dengan 50%.
Selain itu, dengan acuan upah tenaga kerja 60.000 per hari dan proses pencampuran manual membutuhkan waktu sekitar 60 menit.
"Jika dibandingkan dengan biaya penggunaan alat yang hanya memakan Rp501 rupiah per hari, maka terdapat selisih biaya produksi sebanyak 76,922% ,” ungkap Lutfi.
Kedepan, Agus dan Lutfi ingin alat mixer ini dapat diproduksi secara massal. Kata Agus, masih banyaknya UMKM yang bergerak dalam bidang pengelolaan ragi dan tempe menjadi peluang untuk mengembangkan inovasinya.
"Kita berdua melihat peluang untuk bisa merancang inovasi alat untuk membantu penjualan secara efesien, efektif dan hasil produksi tempenya maksimal,” kata Agus.
Calon wisudawan Untag Surabaya periode semester genap 2022/2023 ini berharap, tugas akhirnya tentang ‘Perancangan Alat Mixer Ragi Tempe dengan Biji Kedelai pada Home Industry Tempe‘ mampu membantu UMKM khususnya home industry tempe dalam memberikan efisien waktu, frekuensi, dan biaya sehingga mampu mendorong produktivitas UMKM untuk lebih berkembang.
Sebagai informasi, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya akan menggelar wisuda pada 4 September mendatang.
Editor : Ali Masduki