get app
inews
Aa Read Next : Pajak Motor Bensin Bakal Naik? Begini Respon Ekonom Unair

Soal Mitos Presiden Hanya Orang Jawa, Rizal Ramli Sebut Pernyataan LBP Ngasal

Senin, 26 September 2022 | 07:16 WIB
header img
Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli. (Foto: MPI)

SURABAYA, iNews.id - Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli (RR) menanggapi pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) tentang sebuah anggapan bahwa yang layak menjadi Presiden RI adalah orang-orang Jawa. 

Pernyataan LPB sontak banjir komentar di dunia maya. Bahkan RR menyebut jika pernyataan LBP ngasal. Menurut Menko Perekonomian era Gus Dur ini, orang luar Jawa susah menjadi presiden karena sistem pemilihan Presiden Indonesia tidak kompetitif.

"Oligapolistik yang sengaja direkayasa untuk menguntungkan boneka oligarki. Kalau sistimnya kompetitif tidak ada lagi pembelahan Jawa vs non-Jawa," kata RR. 

Ia mencontohkan, Prof BJ Habibie, Presiden RI ke 3 non-Jawa merupakan sosok visioner dan unggul.

"Orang Pare-Pare, demokratis, problem-solver, berfikir dan bekerja cepat dan nyaman di lingkungan internasional. Tidak feodal, tidak mencla-mencle, bukan boneka oligarki," tandasnya. 

Arief Gunawan, pemerhati sejarah menyampaikan hal serupa. Menurut dia, Bunga Hatta di tahun 1951 menulis satu artikel yang mengkritik penulisan sejarah yang bercampur dengan dongeng dan legenda, yang disebutnya Dichtung und Wahrheit (Yang dibuat-buat dan Yang benar).

Sehingga akibatnya masyarakat meyakini seolah-olah sejarah bercampur dongeng dan legenda itu sebagai kebenaran. Meskipun ternyata hanya mitos belaka. Bagaimana dengan dikotomi Jawa dan non Jawa dalam konteks pemilihan presiden?

"Pada masa pergerakan kemerdekaan pertentangan seperti ini tidak pernah terjadi. Sulit dibayangkan peristiwa seperti Sumpah Pemuda 1928 dapat berlangsung apabila para tokoh saat itu membatasi diri dengan dikotomi Jawa-non Jawa," katanya. 

Menurut Arief, dikotomi Jawa dan non Jawa yang merupakan mitos sesat bikinan Belanda seolah menemukan pembenarannya pada masa Soeharto yang sedemikian lama menjadi presiden (32 tahun).

Sehingga syahdan berkembang pameo jika figur wapres boleh berganti-ganti dari berbagai suku, tapi presidennya harus orang Jawa.

Arief mengatakan, cara berpikir seperti ini bukan saja melanggengkan mitos sesat bikinan Belanda, tetapi juga sangat diskriminatif, karena menciptakan kesan figur-figur non Jawa yang memiliki kapasitas kepemimpinan seolah hanya layak menempati posisi nomor dua.

"Cara berpikir feodalistik dan superioritas primordialistik seperti ini sangat jauh dari cita-cita demokrasi yang berkeadilan," ungkapnya.

Diketahui, celetukan LBP itu terlontar dalam sebuah talkshow bersama Rocky Gerung di channel YouTube RGTV. 

Rocky Gerung mengundang Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan untuk bincang-bincang dalam channel YouTubenya, salah satunya terkait penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2024. 

Dalam ngobrol-ngobrol santai itu, Luhut sempat bicara soal banyak orang yang ingin jadi presiden.

Perbincangan Rocky dan Luhut itu ditayangkan dalam YouTube RGTV Channel. Rocky awalnya mempertanyakan kepada Luhut terkait calon-calon suksesor Jokowi yang beredar saat ini belum terlihat punya ide atau konsep di 2024 pada Jumat (23/9/2022). Rocky telah mengizinkan konten tersebut untuk dikutip.

"Kebanyakan orang pasang spanduk baliho tinggi-tinggi kita nggak tahu di belakang kepala yang besar di baliho ada isinya atau nggak itu, kan itu intinya? Rakyat merasa kok nggak ada percakapan intelektual ya di antara pemimpin itu, Pak Luhut rasain nggak itu keadaan itu? Agak jujur bikin evaluasi Pak Luhut," lanjut Rocky.

Luhut lantas menjawab Rocky Gerung dengan menyebut banyak orang saat ini yang ambisius untuk menjadi Presiden. Padahal, kata dia, mengabdi untuk negara tidak harus menjadi Presiden.

"Anda itu terlalu pintar makanya kadang menjudge orang. Rock gini lah kita sebagai teman ya, saya bilang memang kadang-kadang semua berpikir pengen jadi presiden, saya berkali-kali bilang 'apa mesti jadi presiden ngabdi itu?' Presiden cuma 1 loh, dan itu menurut saya sudah takdir alam ini, Tuhan punya mau itu, God scenario, jadi kita boleh bersaing, dan boleh tadi juga melakukan itu, tapi kita harus mengenali diri kita dulu, kenali dirimu, kenali musuhmu, 100 kali kau perang 100 kali kau menang, tap kadang kita nggak mengenali itu kita nggak tanya diri kita," ucapnya.

Lebih lanjut, Rocky lantas menyinggung soal adanya isu Islamophobia hingga SARA yang selalu dibawa-bawa dalam kepemimpinan Jokowi. Luhut pun menyebut memang ada beberapa oknum yang sengaja membawa isu tersebut agar terlihat hebat.

"Natural aja, saya sebenarnya ada beberapa, saya bilang oknum saja, yang pengin membuat supaya dirinya hebat, yah, saya nggak mau pribadi, semua yang di bawah langit ini ada waktunya, kita harus kenal itu, saya juga sadar itu ada waktu saya juga, it's about time juga buat saya, okay you are done, kita harus tahu itu, kalau kita pengin terus bahwa kita yang paling ngatur semua itu nanti post power syndrome, jadi saya nggak mau gitu," ujar Luhut.

Rocky lalu mengomentari soal power yang disinggung Luhut. Kemudian, Luhut menjawab dengan membeberkan lagi soal banyaknya orang yang akhirnya berambisi untuk jadi presiden. Dia lalu mengingatkan bahwa sulit untuk mencapai ambisi itu jika bukan lah keturunan Jawa.

"Ada yang belum punya power tapi sudah ada syndromenya?" tanya Rocky.

"Ya, Rocky ini aku bilang untuk anda, teman-teman pasti banyak yang nonton aneh-aneh lah, apa harus jadi Presiden saja kau bisa ngabdi? Kan nggak juga, harus tahu diri juga lah, kalau kau bukan orang Jawa jangan terus, ini anu ini antropologi, kalau anda bukan orang Jawa, pemilihan langsung hari ini, saya nggak tahu 25 tahun lagi, udah lupain deh, nggak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati, yang bikin sakit hati kita kan kita sendiri," tutur Luhut.

Rocky lalu menanggapi statemen Luhut. Dia menegaskan apa yang disampaikan Luhut benar secara ilmu antropologi.

"Iya kalau mereka nggak baca, iya saya ingetin ada orang yang nggak baca, bahwa antropologi kita itu basisnya adalah etnis civil, dan faktualitas itu yang kadang kala membatalkan ambisi orang untuk jadi Presiden," ujar Rocky Gerung.

Luhut mengamini Rocky. Dia juga mengaku mengurungkan ambisinya untuk jadi Presiden lantaran menjadi minoritas di Indonesia.

"Yes, termasuk saya, betul saya, saya double minoritas, saya sudah Batak Kristen lagi. Jadi saya bilang sudah cukup itu, kita harus tahu, ngapain saya menyakiti hati saya, istri saya juga bilang 'kamu ngapain sih pah?', ya memang nggak mau, 'syukurlah haleluya' dia bilang, yaudah," sebut Luhut.

Editor : Ali Masduki

Follow Berita iNews Surabaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut