get app
inews
Aa Text
Read Next : Tadarus Politik Milenial, Gus Sadad Ladeni Pertanyaan Kritis Mahasiswa

Hidup Tangguh Ala Santri

Senin, 24 Oktober 2022 | 06:40 WIB
header img
Prof Ahmad Zainul Hamdi

Sejak kecil, saya sering mendengar sebuah maqalah (peribahasa Arab) dari bapak. _Saking_ seringnya sampai saya hafal. _Maqalah_ itu berbunyi begini: _Kun ‘aliman aw muta’alliman aw mustami’an aw muhibban wa la takun khamisan_. Artinya: Jadilah engkau seorang alim atau seorang murid atau seorang pendengar atau seorang penyuka; jangan menjadi orang kelima.

Maksudnya adalah jika kita bukanlah seorang _alim_ atau ilmuan, hendaklah kita sadar diri untuk menjadi seorang murid yang menuntut ilmu. Menjadi seorang murid tentu saja menuntut banyak hal, waktu, pikiran, tenaga, juga biaya. Jika karena suatu halangan tertentu, kita tidak bisa menjadi seorang murid, kita bisa menjadi pendengar pasif dalam majelis-majelis keilmuan. Jika menjadi pendengar pasif pun tidak bisa, setidaknya jangan sampai kita menjadi pembenci ilmu karena hal ini akan membuat kita menjadi manusia kelima. Manusia kelima adalah sebodoh-bodohnya manusia karena alim _enggak_, mencari ilmu _enggak_, mendengarkan orang alim menjelaskan ilmu _enggak_, menyukai ilmu pun _enggak_.
 
Selepas madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar, saya dikirim ke pesantren. Ketika di pesantren, saya baru menyadari ternyata _maqalah_ itu adalah _maqalah_ yang sangat terkenal di kalangan para santri. _Maqalah_ itu sering diucapkan kiai maupun santri-santri senior (biasanya juga menjadi ustadh yang membantu kiai mengajar para santri pemula) untuk memotivasi para santri lain. Bagi kalangan santri, _maqalah_ berbahasa Arab yang diucapkan kiainya seperti sebuah sabda suci. 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut