Membaca Arah Settingan Pembunuhan Brigadir J, Pembantu Ferdy Sambo Ketahuan Berbohong di Pengadilan

JAKARTA, iNews.id - Pembunuhan Brigadir J atau Yosua semakin seru, pembantu Ferdy Sambo ketahuan berbohong di depan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN). Kebohongan yang dilakukan pembantu Ferdy Sambo membuat hakim emosi.
Fakta ini terungkap dari keterangan Ajudan Ferdy Sambo, Daden Miftahul Haq saat ditanya mengenai anak terakhir sang bosnya. Ia mengungkapkan asal-usul anak terakhir Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi merupakan anak dari adopsi.
"Dari tahun 2019 dia pernah hamil melahirkan?" tanya hakim kepada Daden di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (31/10/2022).
"Setau saya tidak yang mulia," jawab Daden.
Setelahnya, hakim mengulangi ucapan dari Susi yang menyatakan bahwa anak tersebut merupakan anak dari Putri Candrawathi yang dilahirkan langsung oleh yang bersangkutan.
"Lho ini menyangkut kasus, bukan untuk merusak masa depan," ujar hakim.
"Siap yang mulia, untuk anak ibu PC dan bapak yang paling paling kecil itu (sebut nama) itu anak adopsi yang mulia. Untuk prosesnya kami tidak tahu yang mulia," ujar daden.
Sementara sebelumnya, didepan Majelis Hakim Susi pembantu Ferdy Sambo mengungkapkan, menanyakan kalau anak terakhir Ferdy Sambo yang saat ini berusia 1,5 tahun merupakan anak kandung yang di lahirkan PC.
Hakim mencoba menegaskan kembali, namun Susi tiba-tiba terdiam.
"Siapa yang melahirkan? saudara jangan bohong, banyak bohong saudara!" kata Hakim saat persidangan Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
"Kok diam?" tegas Hakim.
Setelah sempat membisu, Susi pun menjawab Putri Candrawathi adalah ibu dari anak tersebut.
"Ibu Putri."
Hakim selanjutnya menanyakan hal yang sama dengan kata-kata yang lebih tegas. "Siapa yang melahirkan Arka?" ucap Hakim.
"Ibu Putri," jawab Susi kembali.
Perbedaan keterangan ini membuat percobaan settingan kasus ini semakin terbaca. Majelis Hakim berfikir keras untuk mengetahui arah settingan kasus yang menewaskan Brigadir J.
Editor : Arif Ardliyanto