SURABAYA, iNews.id – Surabaya menjadi kota yang memiliki kehidupan padat. Penghargaan demi penghargaan diraih, mulai level nasional hingga internasional. Salah satu penghargaan dibidang lingkungan.
Tidak mudah untuk menjaga Surabaya tetap bersih, dengan luasan hingga 326,81 km2 , 31 kecamatan,163 kelurahan dan penduduk sekitar 2.880.284 jiwa. Untuk itu, peran petugas kebersihan atau pasukan kuning menjadi sangat penting. Mereka yang berada di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya harus bekerja ekstra keras. Apalagi, Surabaya terkenal dengan sebutan kota meropolisi.
“Sampah menjadi salah satu gangguan wajah kota. Padahal kebersihan dan keindahan harus dijaga,” kata Anggita Aulia Nuraini Ketua Peneliti dari Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya.
Mahasiswi asal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Manajemen ini menuturkan, Surabaya dapat dikatakan sebagai kota metropolitan dengan jam kehidupan 24 jam. Dalam kurun waktu 10 tahun, Kota Surabaya mendapatkan penghargaan di bidang lingkungan hidup kebersihan dan keindahan, baik level regional, nasional maupun level internasional.
“Capaian prestasi ini diraih atas peranan semua Pemerintah Kota Surabaya, masyarakat dan pihak swasta. Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya dengan petugas kebersihan atau pasukan kuning juga memiliki andil yang besar,” ujarnya.
Sementara lanjut dia, daerah lain berlomba-lomba untuk berjuang mendapatkan predikat kota terbersih. Namun, hanya Surabaya yang menobatkan diri sebagai kota bersih dengan keindahan yang sangat luar biasa.
Untuk itu, papar Anggita, dirinya bersama dengan Fajar Rahmandiansyah (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi), Almadyah Putri Mahendra, Faisal Fikri Nazarudin (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi), dan Meita Anggraeni (Fakultas Teknik, Program Studi Informatika) melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peran pasukan kuning dalam kebersihan ini.
“Kami dibantu dosen pembimbing Nurleila Jum’ati. Beliau memberikan arahan hingga kami melaju PIMNAS (Pekan Mahasiswa Nasional) ke 35 pada tahun 2022,” ungkap dia.
Dari hasil penelitian, secara umum adalah dimensi karakter OCB (Organizational Citizenship Behavior) pasukan kuning dalam tataran tinggi. Hasil penelitian lebih lanjut menyampaikan bahwa OCB pasukan kuning yang tinggi tesebut dikarenakan pola pengelolaan yang diterapkembangkan memperhatikan non-financial reward dan supervisi yang diatur berjenjang. “Riset inilah yang membuat kami lolos PIMNAS,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto