SIDOARJO, iNewsSurabaya.id - Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang sering dijumpai sehari-hari. Hampir setiap rumah tangga atau restoran memasak menggunakan minyak goreng setiap hari.
Namun minyak jelantah sering kali tidak dikelola dengan baik bagi sebagian masyrakat, dikarenakan masih banyak yang belum paham mengenai dampak bagi kesehatan dan lingkungan.
Hal inilah yang terjadi di Desa Kalitengah, Sidoarjo Jawa Timur. Desa yang berada di jalan poros Sidoarjo ini adalah desa padat penduduk dengan lebih dari 40 UMKM kuliner di daerahnya.
Berdasarkan survey dan data profil Kecamatan Tanggulangin, konsumsi minyak goreng di Tanggulangin setidaknya 1 liter per rumah tangga/bulan. Dan dari konsumsi ini sebanyak rata-rata 20% menjadi minyak jelantah atau minyak sisa penggorengan. Artinya Desa Kalitengah yang terdiri dari 2.668 KK berpotensi menghasilkan 533,6 liter minyak jelantah per bulan.
Dahulu warga Kalitengah yang tidak mengerti cara mengelola minyak jelantah membuang begitu saja minyak jelantah ke selokan dan saluran pembuangan air.
Seorang ibu di Desa Kalitengah, yakni Iftatus Scolichah menceritakan dampak membuang jelantah sembarangan yang membahayakan lingkungan dan warga.
“Dulu karena buang jelantah sembarangan membuat saluran tersumbat dan menyebabkan banjir. Belum lagi oknum yang kami curigai mengoplos jelantah jadi minyak curah yang membahayakan jika dikonsumsi,” kenang Iftatus.
Iftatus bersama 14 orang ibu-ibu lainnya tergerak untuk menangani masalah ini. Ia dan perwakilan ibu-ibu dari beberapa RT mulai bergerak mengumpulkan minyak jelantah di lingkungan Desa Kalitengah.
“Desa harus tetap bersih dan sehat. Kami harus bergerak, tak peduli meski harus mengetuk pintu dari rumah ke rumah,” jelas Iftatus.
Perjuangan mereka yang gigih mendapatkan perhatian dari PT Pertamina Gas Operation East Java Area (Pertagas OEJA) yang memiliki pipa gas berdekatan dengan Desa Kalitengah.
Demi mendukung upaya para wanita di desa tersebut, sejak 2019 Pertagas OEJA melakukan program Taman Olah Jelantah yang membantu edukasi dan manajemen pengelolaan minyak jelantah.
Pertagas memulai program dari kegiatan edukasi bahaya minyak jelantah untuk kesehatan dan lingkungan, serta cara-cara pengelolaan yang bertanggung jawab.
Kemudian program semakin berkembang dengan membentuk Kelompok Tri Tunggal Dwi yang mewadahi pada ibu pengelola minyak jelantah serta membangun Rumah Tampung Jelantah. Kelompok juga mendapatkan pelatihan membuat produk lilin dan sabun dari minyak jelantah.
“Alhamdulillah kini partisipasi warga sangat tinggi di program ini. Sekarang kami punya 417 nasabah dari 42 RT. Setiap harinya jumlah minyak jelantah yang kelompok kumpulkan terus meningkat. Kami berhasil mengelola sampai 486 liter tiap bulan,” cerita Iftatus dengan senyum terkembang.
Meningkatnya peserta di program Taman Olah Jelantah menghantarkan Kelompok Tri Tunggal Dwi berkembang ke langkah selanjutnya, yaitu dengan merubah pencatatan manual ke digital.
Kelompok bersama Pertagas OEJA mengembangkan website dan aplikasi MANJALITA yang digunakan sebagai media edukasi digital dan pencatatan jelantah yang masuk dan keluar, juga rekapitulasi setoran nasabah.
Yuliani Istiqomah yang merupakan kader digitalisasi di Kelompok Tri Tunggal Dwi menjelaskan keunggulan MANJALITA. “Inovasi digital ini membantu pencatatan kami. Jadi lebih transparan, warga bisa melihat seberapa banyak jelantah yang sudah ditabung dan berapa jumlah uangnya. Kepercayaan nasabah meningkat berkat aplikasi ini,” ujar Yulia.
Seluruh minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan oleh kelompok kemudian disalurkan kepada perusahaan yang memiliki izin resmi untuk mengolah kembali minyak jelantah tersebut menjadi biodiesel.
Sehingga kini Kelompok Tri Tunggal Dwi mampu melakukan pengelolaan limbah dengan lebih nyaman dan bertanggungjawab.
Keuntungan dari penjualan minyak jelantah digunakan Kelompok Tri Tunggal Dwi sebagai dana sosial untuk membantu masyarakat rentan di Desa Kalitengah.
Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan diantaranya bantuan paket sembako untuk 150 ODGJ, bantuan modal usaha bagi 15 lansia, bantuan peralatan pendidikan dan lomba menggambar untuk 30 anak PAUD inklusif, 6 kali pemeriksaan kesehatan gratis bagi lansia, 6 kali kegiatan posbindu, 125 paket Jumat Berkah bagi masyarakat rentan juga modal kios sembako dan lainnya dengan total penerima manfata langsung mencapai 340 orang.
Tidak berhenti disitu, nasabah yang tergabung dalam wadah 42 RT, juga memanfaatkan dana yang dihasilkan dari setoran ke Taman Olah Jelantah untuk kebutuhan sosial di masing-masing RT nya termasuk membantu warga kurang mampu yang sakit atau mengalami kedukaan.
Program Taman Olah Jelantah yang semula diinisiasi Pertagas OEJA untuk menjawab masalah pengelolaan limbah rumah tangga kini telah bertransformasi menjadi jaring pengaman sosial bagi Desa Kalitengah dan meningkatkan rasa kebersamaan diantara masyarakatnya.
Kepala Desa Kalitengah Ali Afandi menyampaikan, bahwa pihaknya bersyukur dengan hadirnya Pertagas OEJA. "Desa menjadi lebih bersih, masyarakat semakin guyup dan ibu-ibu yang sudah menjelang lansia pun menjadi lebih produktif dan berdaya,” ungkap Ali.
Para wanita pejuang minyak jelantah Desa Kalitengah masih memiliki mimpi besar. Perjuangan mereka belum selesai, kedepannya mereka akan memperluas cakupan wilayah dan mereplikasi ilmunya ke desa lain. Ini untuk membantu pemerintah daerah menciptakan lingkungan bersih dan warga yang lebih sehat.
Editor : Ali Masduki