SURABAYA, iNews.id - Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi, Kebencanaan, dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, Ir Amien Widodo, mengatakan bahwa erupsi Gunung Semeru mengeluarkan dua hal yaitu awan panas dan banjir lahar.
Awan panas memiliki kecepatan hingga 200 kilometer per jam dan bisa mencapai suhu melebihi 100 derajat Celcius yang berdampak pada terbakarnya pohon di daerah aliran sungai.
Dari hal tersebut, menurut Amien, perlu adanya kewaspadaan yang tinggi untuk penduduk sekitar terutama yang berada di tepi sungai.
“Kami harap adanya komunikasi antara penduduk daerah hulu dengan hilir saat terjadi erupsi seperti diadakan tombol bahaya bencana,” tuturnya usai mengunjungi daerah terdampak erupsi Gunung Semeru.
Kunjungan tersebut untuk melakukan kajian bencana dan hasilnya dapat digunakan sebagai rekomendasi penanggulangan bencana di masa depan.
Kunjungan survei ini meliputi survei geologi, vulkanologi, hidrologi, pemetaan kawasan terdampak, dan survei drone.
“Data survei diolah menjadi peta kawasan terdampak yang akan dianalisis dengan peta yang sudah ada sebelumnya,” ungkapnya.
Dosen Teknik Geofisika ITS ini menjelaskan, bahwa ancaman lain dari erupsi ini adalah tanah longsor yang bersamaan dengan hujan dan awan panas.
Namun di pos pantau gunung berapi belum memiliki sistem pengamatan tersebut, maka dapat dijadikan penelitian lebih lanjut agar tidak terjadi dampak lain dari erupsi gunung ini.
“Untuk ke depannya bisa dibuat alat sensor warning system terkait longsor dan dimasukkan ke pos pantau agar meningkatkan kewaspadaan aktivitas gunung,” tandasnya
Editor : Ali Masduki