get app
inews
Aa Read Next : ITS Sabet Penghargaan Anugerah Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek

Pengamat dan Komunitas Kritik Program Bus Listrik Surabaya yang Macet

Jum'at, 13 Januari 2023 | 09:40 WIB
header img
Bus Listrik bekas G20 terpaksa dihentikan operasinya, karena kemenhub belum membuat evaluasi dan perpanjangan kontrak. Foto iNewsSurabaya/Istimewa

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Sudah sejak 1 Januari 2023 Bus Listrik Trans Semanggi Surabaya di jalur MERR tidak beroperasi. 

Operasional Bus Listrik Trans Semanggi berhenti karena Kementerian Perhubungan masih mengevaluasi operasional bus dan melakukan upaya perpanjangan kontrak dengan pihak operator.

Berhentinya Bus Listrik jalur MERR dikritik pengamat kebijakan publik Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), Victor Imanuel Nalle.

"Bantuan dari pusat seharusnya meringankan beban daerah tapi ini justru merugikan warga," ujar Victor.

Menurut Victor, tersendatnya perpanjangan kontrak menunjukkan seolah-olah bantuan Bus Listrik sebagai program dadakan tanpa kejelasan desain.

"Seolah-olah agar Bus Listrik setelah dipakai G20 tidak mubazir maka diserahkan ke daerah. Padahal belum ada desain sinergi dengan Suroboyo Bus yang dikelola Dinas Perhubungan," kritik Victor.

Menurut Victor, Kementerian Perhubungan sebaiknya mendorong percepatan pengelolaan sistem bus transit di Surabaya dalam satu manajemen untuk meringankan beban konsumen.

Perlunya keterpaduan manajemen tersebut selaras dengan riset Fakultas Hukum UKDC di 3 kota yang menunjukkan bahwa kejelasan kelembagaan dan regulasi mempengaruhi keberlanjutan bus rapid transit di daerah.

Kritik terhadap Bus Listrik Trans Semanggi juga disampaikan Sakiagni Soefina dari Transport for Surabaya. Menurut Sakiagni, akibat terlalu terburu-buru merilis Bus Listrik lewat Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Umum akhirnya warga yang menjadi korban. 

"Acara yang heboh di tengah hujan deras dan publikasi besar-besaran, realitanya malah masyarakat sengsara," kritik Sakiagni.

Menurutnya, pemerintah menganggap kebutuhan akan moda transportasi publik cukup dijawab lewat seremoni saja, tanpa langkah konkrit yang nyata. 

"Berhenti bermain-main dengan kebutuhan masyarakat, jangan langgar sila ke-5 Pancasila, yang dibutuhkan masyarakat bukanlah bus listrik tapi bus yang bisa diandalkan untuk transportasi publik, apa pun sumber energinya," pungkas Sakiagni.

Editor : Ali Masduki

Follow Berita iNews Surabaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut