Lebih lanjut ia mengatakan, keterbukaan Tunisia terhadap Indonesia dimulai dari upaya KBRI untuk kembali mengingatkan sejarah kemerdekaan Tunisia yang mendapatkan dukungan penuh Presiden Soekarno dengan dibukanya kantor Tunisia di Menteng Jakarta pada tahun 1952 sebagai persiapan kemerdekaan Tunisia.
Menurutnya, peran Indonesia terhadap kemerdekaan Tunisia membuat bangga berbisnis dengan Indonesia.
“Apa yang terjadi, orang Tunisia mengimpor produk Indonesia banyak sekali, kita dulu dibawah malaysia dan Vietnam, sekarang sudah jauh diatas. Target kita di tahun ini berada di peringkat 10, melawan China. Orang Tunisia bangga, kita juga bangga. Ada CPO, furniture, bahan kimia, kaca, ban, mobil yang mereka beli dari kita. Artinya bahwa sejarah peran Indonesia, dimana peran geopolitik Bung Karno dalam kemerdekaan negara maghribi, seperti Al-Jazair, Maroko, Tunisia, ternyata dapat dijadikan kekuaatan untuk meningkatkan ekspor kita ke luar negeri,” katanya.
Upaya yang dilakukan oleh Zuhairi untuk meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia juga dengan senantiasa melihat produk dan komoditas apa dibutuhkan di sana.
”Di sana saya suka berbelanja ke pasar karena saya ingin tahu apa yang bisa diperbuat Indonesia. Potensi yang bisa dieksplor, termasuk dari sektor pertanian. Karena Bung Karno dulu berpesan, kita harus berpihak kepada ekonomi kerakyatan,” tegasnya.
Dengan semangat besar, ia juga senantiasa menggaungkan nilai-nilai yang dimiliki oleh Indonesia hingga akhirnya Indonesia menjadi roles model bagi duta besar di jazirah Arab.
“Untuk pertamakalinya Duta Besar Indonesia selalu diundang dalam berbagia forum di sana. Saya selalu jelaskan bagaimana gagasan-gagasan Bung Karno dan Pancasila dalam membangun Indonesia, bagaimana gagasan-gagasan hadratussyeh Hasyim Asyari dalam menjaga persatuan dan persaudaraan,” katanya.
Editor : Ali Masduki