SURABAYA, iNews.id - Dengan terdeteksinya Virus Covid-19 Varian Omicron di Jawa Timur, pemerintah telah membentuk tim seperti dulu ketika Jatim harus menghadapi Varian Delta.
Pemprov Jatim juga akan menggerakkan lagi PPKM Mikro diseuruh wilayah Jawa Timur.
Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi, menjelaskan tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat secara Mikro adalah kunci keberhasilan Jatim, Minggu (2/1/2022).
“Kami sudah membentuk tim khusus seperti dulu. Kalau ada kasus kami akan melakukan surveillance (pengawasan). Terutama untuk repatriasi (pemulangan orang ke tanah air) dipimpin langsung oleh Pak Pangdam V Brawijaya. PPKM Mikro juga sedang kami gerakkan lagi,” ujarnya.
Tim yang terbentuk akan dibantu dengan tambahan sejumlah sektor yang masuk, termasuk Bandara Juanda, akan memperketat pengawasan.
Termasuk juga dalam melakukan tracing dan menegakkan karantina atau isolasi bagi warga yang baru datang dari luar negeri.
“Dimohon kepada seluruh masyarakat juga mengerti bahwa Omicron ini tidak boleh diremehkan. Omicron inikan impor. Jadi harus dipahami sendiri lah karantinanya. Jangan ada yang mencoba lepas dari karantina dengan berbagai cara,” terangnya.
dr Joni Wahyuhadi, menjelaskan mengenai PPKM Mikro yang pada intinya pelaksanaan pembatasan ini mengandalkan tim pengawas yang ada di lingkungan desa maupun di tingkat kecamatan.
“Jadi, begitu ada kawan-kawan PMI yang datang, monggo nanti kawan-kawan di daerah menegakkan lagi. Karena PPKM Mikro ini kan kunci keberhasilan Jawa Timur (menghadapi varian Delta). Surveillance di Kecematan dan Desa ini, kan, dari PPKM Mikro,” jelasnya.
Pemprov Jatim sudah menyiapkan sejumlah fasilitas isolasi terpusat dan rumah sakit rujukan utama.
Di antaranya sejumlah rumah sakit milik Pemprov Jatim seperti RSUD Dr Soetomo, Surabaya, RS Syaiful Anwar, Malang, dan RSUD Dr Soedono, Madiun.
“Dr Soetomo sudah kami siapkan. Kalau ada yang bergejala, atau positif, Soetomo sudah siap. ICU juga sudah kami siapkan. Sekarang (ICU) kosong. Moga-moga tetap kosong,” tegas dr Joni.
Koordinasi akan terus dilakukan dengan berbagai pihak. Termasuk dengan Institute Tropical Desease (ITD) Unair dalam hal pelaksanaan Genome Sequencing untuk memastikan varian apa yang ada di tubuh pasien.
“Jadi kalau ada pasien yang kami curigai pasti kami kirim ke sana (ITD) Unair. Hasilnya sekarang cepat kok karena tidak banyak, kemungkinan tiga-empat hari sudah bisa. Kami berkoordinasi terus dengan Profesor Inge (Kepala ITD Unair) dan timnya,” bebernya.
dr Joni juga mengajak masyarakat Jatim secara umum untuk waspada. Karena varian Omicron yang meski disebut-sebut tidak begitu bahaya seperti Varian Delta, dalam berbagai jurnal ilmiah disebutkan penularannya jauh lebih cepat dari varian lainnya.
Untuk kasus Omicron ini sendiri sudah ada di sejumlah daerah sekitar Jatim. Baik di Jawa Tengah, Jawa Barat, juga DKI Jakarta.
Bahkan di luar negeri, hampir semua negara sudah ada kasusnya.
“Jadi siapa-siapa yang datang itu harus kita waspadai. Siapa-siapa yang baru datang dari melancong. Masyarakat yang menemukan harus menerapkan isolasi atau karantina. Kemudian aktif melapor ke petugas kesehatan, ke pemimpin daerah setempat,” kata dia.
Koordinasi dengan Kepala Desa, dengan Camat setempat juga akan berfungsi agar seluruh elemen masyarakat secara bersama-sama melakukan pengawasan lebih ketat serta terkoordinir dalam membantu mereka yang sedang melakukan karantina.
“Karena mereka yang sedang menjalani karantina atau isolasi kan enggak boleh keluar. Jadi perlu dibantu oleh warga lainnya,” ujarnya.
Ada pun gejala orang yang terjangkit virus Covid-19 Varian Omicron masih sama seperti virus varian lainnya. Yakni gejala-gejala seperti flu atau flu like syndrome.
“Gejala flu like syndrome itu masih menjadi bahan kewaspadaan utama. Seperti demam, batuk, pilek. Kemudian nyeri di tenggorokan. Itu tetap menjadi gejala kardinal yang perlu diwaspadai. Iya, termasuk serak. Kalau saya serak ini karena capek bukan karena Omicron,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki