Dikatakan laki-laki kelahiran Lamongan, 28 Maret 2005 ini butuh proses panjang untuk dia bisa melantunkan Al-Quran dengan qiraat. Bahkan ia sempat putus asa. Ia juga mengakui tidak ada ketertarikan dalam mempelajari tilawatil quran, karena tidak mampu mengontrol dari nafas.
Suara pun tidak cukup mendukung.Namun, berkat motivasi dari orangtua dan lingkungan sekitar, Farid kemudian bertekat untuk mempelajarinya melalui pembinaan online yang dia dapatkan secara mandiri. "Kemudian saya kembangkan sendiri dan tiada hari tanpa latihan. Yang bikin tertarik dicoba-coba dari segi pernapasan mampu jadi cepet berlatih. Banyak temen-teman dari Aceh, Kaltim juga kita sering sharing.
Apalagi pengalaman saat nama disebutkan dalam kategori pemenang dan penerimaan piagam juga piala ini momen yang tidak akan pernah saya lupa," urainya.
Farid mengakui ia sangat bersyukur atas prestasi yang dimiliki saat ini. Apalagi prestasi itu memacu kepercayaan dirinya ditengah keterbatasan fisik yang dimiliki. Menurut dia, dengan prinsip yang dibawa di mana keterbatasan bukan hambatan, tapi jembatan menuju kesuksesan di masa depan. Bekal inilah yang membuat Farid terus meningkatkan kualitas dirinya untuk menorehkan prestasi.
"Bagi saya terbatas fisik bukan hambatan. Justru pacuan untuk menggali potensi saya. Apapun yang saya lakukan saya ingin membanggakan kedua orangtua dulu. Ini tujuan utama saya. Dan target saya kedepan ingin ikut MTQ International," pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto