MALANG, iNewsSurabaya.id - Indonesian Conference & Competition Occupational Safety & Health (ICC OSH) digelar ketiga kalinya pada tahun 2023 ini. Kali ini diselenggarakan 23 – 26 Mei 2023 di Atria Hotel Malang untuk membahas dampak perubahan iklim dan pemanfaatan artificial intelligence dalam K3.
ICC-OSH 2023 sendiri diselenggarakan untuk berbagi pengalaman Perusahaan dalam Penerapan Sistem Manajemen SMK3, sekaligus sebagai ajang mendemontrasikan keberhasilan keunggulan Tim dalam penerapan SMK3 di Perusahaan BUMN dan Swasta ( PMA dan PDMN ). Dalam acara ini, kegiatan Diskusi Panel, Forum Manajemen K3, dan Kompetisi K3 dilakukan secara serius dengan jumlah sekitar 500 Peserta dari 50 Perusahaan Perusahaan BUMN, Swasta/Organisasi dan Pemerintah.
“Diskusi Panel K3 dan Forum Manajemen K3 ini menjadi ajang pertukaran pengetahuan dan pengalaman bersama para Pengusaha/Pengurus Perusahaan, Para Pakar K3 dan Praktisi bertaraf Nasional dan Internasional dari berbagai sektor usaha dalam penerapan Sistem Manajemen K3,” kata T Saut P Siahaan, Ketua Panitia ICC-OSH 2023.
Ia mengatakan bahwa agenda pada tahun 2023 ini mengusung tema penerapan budaya K3 pada setiap kegiatan usaha guna mendukung perlindungan tenaga kerja di era digitalisasi dan perubahan iklim.
“Disamping diskusi panel dan forum manajemen juga diselenggarakan kompetisi K3 dengan tujuan melahirkan inovasi baru terkait K3 pada perusahaan,” ujar Saut.
“Hal tersebut bertujuan untuk mencegah adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, terhadap inovasi yang muncul dalam kompetisi tersebut diharapkan mampu enjawab semua tantangan yang terjadi saat ini seperti adanya perubahan iklim dan digitalisasi,” katanya.
“Dengan adanya kompetisi akan muncul inovasi baru tentang pola K3 di perusahaan dalam rangka mencegak terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,” jelas Saut yang juga merupakan anggota Dewan K3 Nasional (DK3N).
Edi Priyanto Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3) Provinsi Jawa Timur (Jatim) menilai perubahan iklim terus berdampak bagi K3 pekerja di berbagai industri. Sejumlah dampak perubahan iklim yang dimaksud seperti kondisi bekerja semakin berat, penyebaran penyakit-penyakit tertentu, peningkatan risiko kecelakaan, gangguan pasokan hasil produksi, dan stres termal.
“Kondisi kerja yang berat terjadi akibat cuaca ekstrem seperti suhu sangat tinggi, suhu sangat rendah, atau curah hujan tinggi sekali,” katanya.
Untuk penyakit-penyakit tertentu yang timbul dari dampak perubahan iklim, disebarkan oleh malaria, demam berdarah, dan beragam penyakit pernapasan terkait polusi udara. Risiko kecelakaan juga meningkat bagi sektor konstruksi dan transportasi akibat bencana banjir yang dipicu oleh curah hujan yang sangat tinggi.
Selain itu, ujar Edi, banjir bisa menimbulkan gangguan pasokan bahan baku dan hasil produksi bagi sektor pertanian dan industri berbasis sumber daya alam (SDA). Menurutnya, bagi pekerja yang beraktivitas di luar ruangan atau di lingkungan yang tidak terkondisikan dengan baik berpotensi mengalami gangguan kesehatan akibat perubahan iklim seperti kelelahan, dehidrasi, sampai kegagalan fungsi organ tubuh.
“Untuk menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah, pengusaha, dan pekerja bekerja sama mengimplementasikan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi,” papar Edi Priyanto.
Edi menyadari untuk menghadapi dampak perubahan iklim diperlukan beragam kebijakan seperti perubahan metode kerja, peringatan dini tentang cuaca ekstrem, dan peningkatan pemahaman tentang risiko kesehatan.
Hal lainnya adalah berbagai upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai penyebab utama perubahan iklim. Kondisi ini berasal dari aktivitas-aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil.
“Melalui kerangka kerja Environmental, Social, and Government (ESG), perusahaan dianjurkan mengurangi jejak lingkungannya dengan mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti pengurangan emisi GRK, penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah yang baik, dan perlindungan sumber daya alam,” ujar Edi yang juga merupakan pegiat lingkungan dari Kampung Edukasi Sampah.
Editor : Arif Ardliyanto