Logo Network
Network

Angka Stunting Kota Mojokerto Terendah se-Jatim

Trisna Eka Adhitya
.
Senin, 10 Januari 2022 | 12:26 WIB
Angka Stunting Kota Mojokerto Terendah se-Jatim
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2021, data tersebut menyebutkan Kota Mojokerto menjadi yang terendah jumlah penderita stunting

MOJOKERTO, iNews.id - Permasalahan stunting di Provinsi Jawa Timur masih mencapai 23,5 persen. Ini sesuai data yang dirilis Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun 2021, data tersebut menyebutkan Kota Mojokerto menjadi yang terendah jumlah penderita stunting.

Catatan Kemenkes, Kota Mojokerto hanya ada di angka 6,9 persen, sementara Kabupaten Bangkalan dengan mencapai 38,9 persen, Kota Madiun 12,4 persen dan ketiga terendah adalah Kota Blitar dengan 12,9 persen.

Sebagai Kota yang meraih predikat stunting terendah, Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, dr Farida Mariana menyampaikan survey tersebut berasal dari status gizi Indonesia. Dan itu dilaksanakan dari Balitbang Kemenkes.

"Jadi mereka pakai sampling. Dan kebetulan Kota Mojokerto disampling cukup banyak, jadi validitas angka itu cukup tinggi dan itu survey resmi tahun 2021 kemarin," ujarnya.

Menurut dia stunting itu dari hasil pemeriksaan perawakan tinggi badan yang tidak sesuai. "Kalau dari hasil kami sekitar 515 anak. Cuma kan itu nanti yang ketemu kami konsultasikan ke dokter spesialis anak yang ada di puskesmas," lanjutnya.

Stunting tersebut nanti perlu dilihat penyebab perawakan pendeknya karena apa jelas dia? "Kalau misal karena orang tua pendek tak masalah. Karena dari turunan dan genetik," tegasnya.

Namun kata dia jika itu dari pola asuh yang kurang, atau karena penyakit maka itu harus diintervensi, sebab itu adalah stunting sebenarnya.

Terpisah Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menambahkan pihaknya dari pemkot dalam persoalan stunting ini ditangani mulai dari hulu ke hilir secara preventif. Yakni, mulai dari calon pengantin dan pada saat hamil serta lahir bayi. Jangan sampai anak kurang gizi atau salah pola asuh.

"Pas balita udah kadung stunting kami kawal dari sisi gizi, tapi itu pun tak bisa Dinkes saja yang gerak. Ini proses keroyokan stunting, jadi lintas OPD bergerak harapannya bisa diturunkan," ujarnya.

Rendahnya angka stunting ini imbuh dia juga bisa diartikan adanya kesejahteraan di masyarakat Kota Mojokerto. "Jadi sudah banyak kegiatan dari berbagai OPD misal dari Diskoperindag bagaimana inkubasi wirausaha. Seperti itu mengerek pendapatan warga miskin yang akhirnya balita kita juga yang tadinya kurang gizi jadi terangkat," imbuh perempuan yang biasa disapa Ning Ita ini.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Berita iNews Surabaya di Google News

Bagikan Artikel Ini