Antusiasme tinggi terhadap produk-produk Indonesia
Antusiasme pengunjung Wellness Food Japan 2023 terhadap produk-produk UMKM yang dipamerkan di stan SETC sangat tinggi.
Menurut Ellida, para pengunjung memperlihatkan minat tinggi pada permen dan teh herbal. Apalagi, setelah mengetahui bahwa produk ini diproduksi di Bali.
Ternyata, Bali yang sangat dikenal di sana, sehingga memudahkannya untuk mempromosikan produk Padma Herbal.
“Di Jepang, kami lihat mereka (pengunjung) cukup tinggi minatnya pada permen dan teh herbal yang rasanya lebih light. Teh herbal, sejauh yang saya lihat, lebih ringan dan lebih cepat diterima Jepang. Mereka juga kaget saat tahu bahwa rosella bisa dibuat permen,” papar Ellida.
Cerita lain disampaikan Ketut. Sejak hari pertama pameran, jumlah pengunjung sangat tinggi. Hal ini di luar bayangannya.
“Bisa dibilang rame banget, di luar ekspektasi. Saya pikir bakal sepi, ternyata rame. Di sini, pengunjung itu datang, bertanya dengan detail. Kemudian, saling bertukar kartu nama dan brosur. Setelah dari Jepang, tugas kami follow up dan menjalin komunikasi dengan mereka,” kata Ketut.
Bahkan, baru hari pertama pameran, ratusan brosur dan kartu nama Bali Pure sudah ludes. Antusiasme ini diharapkannya sebagai sinyal positif untuk membuka kerja sama bisnis ke depannya.
Tak hanya terhadap produk herbal dan organik, respons positif juga didapatkan Djono dari pengunjung pameran di Jepang terhadap kopi Semendo khas Sumatera Selatan.
Produknya, Kopi Benua, menawarkan cita rasa kopi yang sangat khas. Ia senang dan sangat mengapresiasi pameran Wellness Food Japan 2023 yang menjadi jembatan baginya memperkenalkan produk kopi daerah di Indonesia.
Apa yang dibawa pulang dari Jepang?
Para pelaku UMKM ini mengaku senang, dan tak menyangka produk yang dihasilkannya bisa dipilih SETC untuk mengikuti Wellness Food Japan 2023. Kesempatan ini pun tak disia-siakan.
Tiga hari mengikuti pameran, mereka membawa “oleh-oleh” untuk dibawa pulang ke Tanah Air.
Selain peluang menjajaki bisnis dengan sejumlah pembeli potensial, ada hal lain yang dinilai bisa menjadi bekal untuk mengembangkan usahanya di Tanah Air.
Seperti yang disampaikan Ellida. Dari pameran ini, ia belajar banyak soal bagaimana pelaku usaha di Jepang mempromosikan produknya.
“Saya sendiri belajar bagaimana cara menyampaikan produk. Kami juga keliling untuk melihat bagaimana pelaku usaha di Jepang kalau pameran, dan ini jadi masukan berharga,” ujar Ellida.
Sementara itu, Djono mengaku terkesan dengan etos kerja warga Jepang. Hal itu juga bisa dilihatnya di ajang pameran saat berinteraksi. Pengalaman ini menjadi hal baik yang akan dibawanya dan diterapkannya saat kembali ke Tanah Air.
Kesan yang hampir sama juga diungkapkan Ketut.
“Bagi saya, pembelajaran untuk kami kembangkan di Bali sangat banyak. Misalnya, dalam menata booth, kalau kami biasanya sederhana saja. Di Jepang, mereka sangat optimal. Mereka mendekor dan menata dengan apik sehingga nyaman dan menarik pengunjung,” kata Ketut.
Ia juga belajar bagaimana melayani dengan baik pengunjung yang datang ke stan. Hal lainnya, soal pengemasan produk dengan standar Jepang.
Dengan mengetahui hal ini, pelaku UMKM di Indonesia bisa menyesuaikan standar pengemasan yang berlaku di Jepang untuk memperbesar peluang memasuki pasar negara itu.
“Banyak yang bisa kami bawa pulang dari Jepang. Semoga setelah di-follow up nanti, dengan kerja sama dan dukungan SETC kami bisa mendapatkan buyer,” kata Ketut.
Ketut juga berharap, pengalaman Wellness Food Japan 2023 ini bukan yang pertama dan terakhir. Kesempatan baik ini diharapkannya kembali datang, karena bisa menunjukkan eksistensi UMKM Indonesia di level global.
Editor : Ali Masduki