get app
inews
Aa Text
Read Next : Minaqu Gelar Diskusi Panel untuk Dukung Program Ketahanan Pangan

Bambang Haryo : Food Estate Bisa Atasi Krisis Pangan

Jum'at, 18 Agustus 2023 | 12:43 WIB
header img
Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyebut food estate bisa mengatasi krisis pangan. Foto/iNewsSurabaya.id

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pakar Kebijakan Publik, Ir. Bambang Haryo Soekartono (BHS) menyebut jika pembangunan food estate bisa mengatasi krisis pangan yang saat ini sering dikhawatirkan oleh Pemerintah, terutama yang sedang melanda di beberapa negara di dunia.

Pernyataan BHS ini kontradiktif dengan apa yanh dikatakan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Sebelumnya Hasto menyinggung tentang pembangunan Food Estate di Desa Tewai Baru, Gunung Mas - Kalimantan Tengah yang saat ini dalam proses terealisasi sebesar 600 hektar.

Menurut Hasto, hal itu sebagai Proyek Kejahatan Lingkungan dengan membabat hutan adalah tidak berdasar.

Bambang Haryo mengungkapkan,  jumlah luas hutan di Indonesia ada 125,8 juta hektar. Berarti jumlah luasan yang akan difungsikan sebagai lahan yang diusahakan untuk ketahanan pangan relatif sangat kecil bila dibanding dengan luasan hutan yang ada di Kalimantan tengah sebesar 10,3 juta hektar, apalagi dibanding luas hutan seluruh Indonesia seluas 125,8 juta hektar.

"Rupanya Pak Hasto lupa, bahwa hutan yang sudah dibabat untuk kelapa sawit di Indonesia ada sekitar 15 juta hektar, dan hutan yang sempat rusak terbakar di tahun 2015 sebesar 2,61 juta hektar. Demikian juga hutan produktif yang digunakan untuk kepentingan penambangan batu bara di Indonesia dengan produksi penambagan sebesar 687 juta ton pertahun, jadi sudah berapa ratus ribu atau juta hektar hutan yang dibabat akibat penambangan batu bara tersebut," ungkap BHS

Penasehat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Jawa Timur ini melanjutkan, kerusakan - kerusakan hutan hingga puluhan juta hektar tersebut,  tidak ada satupun statement dari Pak Hasto yang keluar pada saat itu.

"Lalu kemana aja Pak Hasto pada waktu itu? " ucap BHs.

"Hal ini sangat ironis dan terkesan pencitraan. Kenapa program ketahanan pangan yang diusahakan oleh Pak Jokowi dengan penanggung jawab Kementerian Pertanian sebagai leading sektor dan Kemenhan RI membantu utama untuk mensukseskan program ketahanan pangan di  lahan singkong sebesar 600 hektar sudah dikritisi keras oleh Pak Hasto itu," tanya BHS.

Ketua Harian Masyarakat Transportasi (MTI) Jawa Timur ini menuturkan, untuk membuka lahan baru butuh suatu proses menyeimbangkan kondisi hara tanah dengan melakukan pengolahan - pengolahan tanah, agar tanah tersebut dapat di manfaatkan sebagai lahan produksi pertanian (lahan hijau).

Beberapa contoh food estate yang sudah berhasil yakni di Papua. Tepatnya di daerah Kerom dengan luas 10 hektar mampu menghasilkan jagung raksasa dan sudah di ekspor.

BHS melanjutkan, Timika menghasilkan sagu yang merupakan lahan sagu terluas di dunia sebesar 4,7 juta hektar yang perhektarnya menghasilkan 40 ton sagu.

Bahkan sebagian di ekspor dan sebagian lagi di konsumsi sebagai makanan pokok masyarakat Papua. Dan Marauke menghasilkan beras yang di konsumsi sebagian oleh negara Papua Nugini dan sebagian lagi di konsumsi oleh masyarakat di Papua.

"Disini jelas bahwa food estate diharapkan bisa mengatasi krisis pangan yang saat ini sering dikhawatirkan oleh Pemerintah, terutama yang sedang melanda di beberapa negara di dunia. Dan diharapkan juga semua wilayah Indonesia harus mempunyai lumbung - lumbung pangan, agar terjadi kemudahan dan pemerataan pangan di seluruh Indonesia," pungkasnya.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut