Penyaluran bantuan pangan ini, lanjut Khofifah diharapkan bisa menjadi penetrasi terhadap naiknya harga beras di pasar, dan di satu sisi naiknya Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) bisa memberikan manfaat bagi para petani. "Tentu kita berharap bahwa ini akan memberi nilai tambah bagi para petani," imbuhnya.
Khofifah mengungkapkan, kenaikan harga beras dipicu karena naiknya harga GKG dan GKP. Dimana, harga beras ini tidak hanya terjadi di Jatim tapi hampir di seluruh wilayah Indonesia."Memang harga GKP dan GKG sampai di penggilingan diatas HET, itulah yang menyebabkan harga beras, di pasar juga di atas HET," tandasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Khofifah, bahwa pada dasarnya stok gabah dan beras di Jatim cukup. Bahkan dibanding tahun lalu, produksi padi Jatim pada bulan September 2023 sebesar 520.889 ton GKG atau lebih besar 9,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yaitu sebesar 481.059 ton GKG.
"Per 12 September harga beras medium di Jatim mencapai Rp11.300. Jadi, beras medium maupun premium di Jatim sesungguhnya pada posisi yang tengah-tengah bukan tertinggi dan bukan terendah, jadi ada provinsi yang justru terlampaui HET lebih tinggi daripada Jatim," urainya.
Sementara itu, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Kanwil Jatim, Ermin Tora mengatakan, bantuan pangan tahap II ini diharapkan dapat mengembalikan kestabilan harga beras di pasar sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Ini akan segera kami distribusikan, dengan harapan bantuan pangan ini kelak mampu membuat harga beras lebih stabil, dan dalam upaya itu masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka," kata dia. Sebagai informasi, Penyaluran Bantuan Pangan Pemerintah Tahap I Tahun 2023 telah dilaksanakan pada bulan Maret, April dan Mei 2023.
Editor : Arif Ardliyanto