get app
inews
Aa Read Next : Veritas Edukasi Lingkungan Ajak Warga Peduli Sampah dan Limbah

PILI Ajak Masyarakat Adat di SAP Raja Ampat Lestarikan Laut

Kamis, 27 Januari 2022 | 09:25 WIB
header img
Masyarakat Kampung Mutus antusias mengikuti pelatihan menjaga dan melestarikan kearifan lokal demi keberlangsungan hidup mereka. (Foto: Ali Masduki)

RAJA AMPAT, iNews.id - Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI) Green Network, salah satu lembaga swadaya masyarakat berorientasi pada konservasi alam dan lingkungan, mengajak masyarakat pesisir di Raja Ampat, Papua Barat, untuk terus menjaga dan melestarikan kearifan lokal demi keberlangsungan hidup mereka.

Program Manager Yayasan PILI, Evi Indraswati, menuturkan Yayasan PILI Green Network terpilih sebagai pelaksana kegiatan Paket 6 proyek The Coral Reef Rehabilitation and Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) - Bappennas dukungan World Bank. Kegiatan paket 6 ini memberikan kontribusi pada sub komponen penataan sumber daya pesisir pada masyarakat.

Kegiatan paket 6 memiliki judul kegiatan “Berangkat dari Adat: Penguatan Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (KMHA) di Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu - Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat - Provinsi Papua Barat.

"Kegiatan utamanya dimulai dari kajian kesiapan kelembagaan adat dan pemetaan partisipatif di dua lokasi untuk bisa menentukan pilot site, dan terpilih salah satunya Kampung Mutus untuk perwakilan contoh KMHA di SAP Raja Ampat," kata Evi, di Kampung Mutus, Raja Ampat. 

Evi melanjutkan, SAP Raja Ampat ada 5 kampung adat dan Mutus salah satunya. Selain penentuan pilot site, ada pembentukan kelompok dan pendampingan kelompok sebagai bentuk akses dukungan program ini kepada masyarakat adat.

Mereka tergabung dalam kelompok usaha perikanan dari mulai Kelompok Perikanan Tangkap (KUB), Kelompok Budidaya(Pokdakkan), Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan (Poklahsar) dan Kelompok Pengawasan (Pokmaswas). 

Dukungan untuk perlindungan KMHA di tingkat kabupaten, kata Evi, juga sudah dibentuk forum diskusi dan melahirkan SK panitia KMHA yang ditandatangani Bupati Raja Ampat pada Agustus 2021. 

"Kebutuhan panitia KMHA ini menjawab edaran kemendagri untuk mempercepat proses pengakuan dan perlindungan KMHA di tingkat daerah yaitu kabupaten," terangnya.

Menurutnya, di Raja Ampat, kekayaan ragam suku sebagai bentuk keragaman adat cukup kental. Hanya saja, pada praktek perlindungan dan pengakuan masih belum optimal. 

"Kami berharap pemerintah daerah bisa melanjutkan proses pengakuan dan perlindungan KMHA dengan identifikasi dan verifikasi KMHA yang ada di SAP Raja Ampat, dan membuat kebijakan perlindungan dan pengakuan KMHA ini bisa operasional untuk mendukung KMHA yang ada," tutur Epoy, sapaan akrab Evi Indraswati.

Epoy menjelaskan, sebagai rangkaian akhir kegiatan yayasan PILI di SAP Raja Ampat, salah satunya dukungan kebijakan daerah untuk identifikasi dan verifikasi wilayah kampung adat (berbasis tenurial system), maka dilakukan pemetaan wilayah kampung dan data mencari ikan di periaran SAP Raja Ampat dengan diskusi 3 batu 1 tungku yang menghadirkan perwakilan 5 kampung. 

Kegiatan pemetaan ini juga diperlukan untuk mendukung usulan wilayah KMHA yang merupakan tugas POKJA KMHA SAP Raja Ampat yang telah ada SK Bupatinya bersamaan dengan SK Panitia KMHA disahkan. 

Kegiatan FGD ini dilakukan pada tanggal 25 janurai 2022 dan diawalai dengan pemetaan dengan keliling kampung pada 22-23 januari 2022.

Selain itu, dilakukan kegiatan pendampingan pada 8 kelompok KMHA di Kampung Mutus. Diantaranya budidaya kerapu, pelatihan kebun karang, pembuatan garam dan sosialisasi serta proses sertifikasi produk olahan perikanan dari berbagai pihak. 

Rangkaian kegiatan ini merupakan implementasi rencana pengelolaan perikanan berkelanjutan yang sudah dibuat dokumennya secara partisipatif oleh semua kelompok dan saat ini dalam proses review. Kegiatan pelatihan dilakukan tanggal 24-26 januari 2022 di kampung Mutus. 

Rangkaian pendampingan kali ini melibatkam seluruh kelompok. Salah satunya yakni pelatihan kebun karang yang merupakan wujud pemulihan ekosistem laut di sekitar kampung. 

Epoy mengatakan, bahwa egiatan ini bertujuan untuk memotivasi kelompok agar bisa lebih jauh berfikir ke depan merawat laut yang dikerjakan dan dipantau sendiri ke depannya. Harapannya stok ikan bisa lebih banyak dan kesadaran untuk menjaga kelestarian laut semakin baik. 

"Ikan memang tidak bisa dilarang pergi ke wilayah perairan dimana saja, tetapi mereka akan hadir di kondisi ekosistem yang baik dengan terumbu karang yang masih baik juga," tegasnya.

Begitu juga pelatihan pembuatan garam yang menjadi pendukung utama produksi ikan asin. Selama ini, kata Epoy, masyarakat kampung Mutus membeli garam hingga ke Sorong dengan ongkos 5 ribu satu plastik 100 gram. Jika garam bisa diproduksi sendiri, maka modal untuk produksi jauh lebih minimalis dengan kualitas yang lebih terjaga, saat pembuatan garam bisa terpantau kebersihannya.

Begitu pula wilayah mencari merupakan simbol ‘piring makan bersama’ untuk bisa dimanfaatkan secara baik hingga anak cucu. 

"Harapan besar, masyarakat adat bisa  hadir dan membagikan pengetahuannya yang luar biasa soal laut sebagai sumber penghidupan mereka mas kini dan masa mendatang," tutur Evi.

Plt. Kampung Mutus Baru, Syoris Sauyai, mengakui sentuhan tangan dingin PILI sudah bisa dirasakan oleh masyarakat. Kerja keras yang selama ini sudah dilakukan mampu menggugah kesadaran, terutama bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan demi anak cucu.

"Teman- teman di Cormap itu, mereka sangat kerja keras sesuai dengan program Cormap. Bagaimana merubah kampung ini dari yang tidak bisa menjadi ada. Termasuk bagaimana merubah cara tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.

"Kalau dulu masyarakat pakai kompresaor, pakai potasium, kemudian bagaimana menghentikan itu karena merugikan," lanjutnya.

Namun, kata Syoris, untuk merubah kebiasaan tersebut, perjuangan para aktivis lingkungan ini cukup panjang. Mereka menyatu dengan masyarakat kampung, mendatangi rumah-rumah warga. Tahapan demi tahapan mereka lalukan demi merupah perilaku masyarakat.

"Jujur saya bilang, kampung ini mulai berubah saat hadirnya program Cormap ini," ucapnya.

Syoris mengungkapkan, kejadiran PILI ini banyak sumbangsihnya. Mereka membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. 
Salah satunya mengajarkan cara menjemur ikan sekaligus pengadaan alat penjemurnya. 

Sebelumnya, masyarakat yang mayoritas nelayan ini menjemnur ikan ditempat terbuka. Sehingga mengundang lalat yang pada akhirnya ulat hidup. Jika hujan, para nelayan juga sibuk mengamankan ikan.

Hanya saja, lanjut Syoris, alat jemur ikan masih kurang maksimal untuk dipakai jemur ikan besar, karena panasnya kurang. Untuk mensiasatinya, ikan dijemur dulu sampai setengah kering baru dimasukkan alat tersebut. 

"Jadi kalau mau ditinggal ke Waisai aman sudah ikan disitu," katanya.

Selain itu, ada feeezer yang sangat membantu para nelayan. Satu freezer bisa menampung sekitar 50 ikan. Kemudian ada bok, senter, alat pancing, hingga tutup kepala yang dibagikan ke setiap kelompok sesuai kebutuhan.

Lebih dari itu, kata Syoris, kehadiran Cormap ini mampu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Mutus. Masyarakat sadar bahwa bukan hanya menerima hari ini saja. Melainkan bagaimana keberlangsungan hari esok.

"Satu hal yang sangat saya syukuri bahwa Cormap hadir disini membawa perubahan. Bukan dibidang fisik, tetapi disisi manusianya," tegas dia.

Sementara itu, menurut Koordinator PSDKP Tual Wilker Raja Ampat, Elisa Bakkula, kehadiran PILI di wilayah kerjanya turut membantu pembentukan masyakat dengan dibentuknya Kelompok Pengawasan (Pokmaswas). 

"Jadi selama PILI didalam proyek COREMAP-CTI ini sudah mulai kentara pemanfaatan-pemanfaatannya. Terutama di Kampung Mutus sudah mulai teratur," terangnya.

Ia mengakui, metode pendekatan kepada masyarakat yang dilakukan oleh para pegiat lingkungan PILI cukup baik. Sehingga program yang dicanangkan bisa diterima oleh masyarakat.

Elisa menegaskan, PSDKP dan stakholder lainnya siap mensupport siapa saja yang datang untuk membangun Raja Ampat. Ia berharap, meski program COREMAP-CTI sudah selesai, LSM yang selama ini berperan membangun masyarakat pesisir ini tidak angkat kaki begitu saja. Ketika program sudah selesai, bisa mencari lagi sumber dana untuk meneruskan program di Raja Ampat.

"Saya akui PILI ini, mereka bukan hanya menjalankan program dan selesai begitu saja. Namun mereka punya beban moral, walaupun program ini sudah selesai mereka tetap memantau hasilnya dalam satu tahun kedepan, dua tahun kedepan. Itu mereka sudah mulai melihat itu," tandasnya.

Sebagai informasi, sejak awal kegiatan dikerjakan dari mulai perencanaan hingga evaluasi, PIlI terus bersinergi dengan Paniti/Pokja KMHA di tingkat kabupaten yang anggota intinya ada wilayah kerja BKKPN Raja Ampat, Dinas Perikanan Kabupaten, Dinas Pemberdayaan dengan program Transformasi Ekonomi Terpadu (Tekad), Dinas Kesehatan, PSDKP, Unipa dan BAPPEDA Raja Ampat serta dinas lainnya.


 

Editor : Ali Masduki

Follow Berita iNews Surabaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut