Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, karena periode ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada 1000 HPK di antaranya adalah inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, lengkapi imunisasi, dan yang sering menjadi periode kritis adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia 6 bulan.
Sehingga sangat penting untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak, serta memasukkannya dalam kurva pertumbuhan.
"Seringkali seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Akan tetapi, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal," tuturnya.
WHO, kata dia, sudah mengeluarkan edaran bahwa MPASI yang baik. Pertama, diberikan pada waktu yang tepat, yaitu saat bayi berusia 6 bulan atau sebelum itu bila kebutuhan nutrisi sudah tidak dapat dipenuhi dengan ASI.
Kemudian jumlah yang cukup, yaitu mencukupi kebutuhan kalori, zat gizi makro dan mikro bayi. Selanjunya aman, yaitu proses pembuatannya higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih.
Keempat yaitu sesuai. Baik teksturnya yang sesuai dengan kemampuan usia bayi, diberikan sesuai keinginan lapar dan kenyang bayi, serta diberikan dalam frekuensi yang benar.
"Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti," ucapnya.
Ia mengungkapkan, bahwa kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi.
Zat besi adalah salah satu elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting.
"Saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI bayi, sudah banyak produk MPASI fortifikasi," ujar dokter spesialis yang sedang menempuh pendidikan Dokter Spesialis Anak di Universitas Indonesia tersebut.
Prof Rini Sekartini mengatakan, MPASI fortifikasi adalah produk MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa bayi yang mengonsumsi MPASI homemade menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi serum yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi.
Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting dibandingkan bayi dengan MPASI fortifikasi.
Editor : Ali Masduki