get app
inews
Aa Text
Read Next : Rayakan 70 Tahun Diplomasi Indonesia-Finlandia, Nola Learning Center Gelar Acara JOY of LEARNING

Jokowi Dinilai Terseret Toxic Relationship, Pengamat : Terlalu Menikmati Kekuasaan

Selasa, 31 Oktober 2023 | 20:43 WIB
header img
Presiden Joko Widodo. Foto iNewsSurabaya/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Politikus PDIP Aria Bima menyinggung soal adanya toxic relationship di kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Dia menyebut, adanya hubungan toxic tersebut membuat persepsi publik buruk terhadap Presiden Jokowi.

"Toxic relationship, keterpengaruhan orang di sekitar Pak Jokowi yang mana ada kecenderungan toxic relationship ini juga mulai masuk orang orde baru misalnya ada Pak Prabowo Subianto yang menginginkan Mas Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi wakilnya," kata Aria Bima, saat ditemui di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Peneliti Senior SSC, Surokim As menduga yang dikatakan oleh Aria Bima benar adanya. Menurutnya, Jokowi seperti terlalu larut menikmati permainan kekuasaan elit sehingga tidak sadar terseret di pusaran kekuasaan elitis pragmatis. 

“Ya sepertinya terlalu larut menikmati permainan kekuasaan elit hingga tak sadar terseret pelan-pelan  arus yang membawanya pada pusaran kekuasaan elitis pragmatis. Sementara, kekuasaan yang seharusnya berada di hati publik pelan-pelan coba diingkari. Sementara kekuasaan itu ada di hati masyarakat bawah dan itu bisa menjadi modal dalam menjaga marwah dan kehormatannya,” kata Wakil Rektor III Universitas Trunojoyo Madura ini saat dihubungi, Selasa (31/10/2023). 

Menurutnya, kekuasaan itu memang laksana candu sehingga para penguasa cenderung untuk mempertahankannya dengan berbagai cara. Namun, bagi para negarawan kekuasaan itu hanyalah medium pengabdian yang terbatas ruang dan waktu.

“Jadi sebenarnya tak ada yg harus dipertahankan dengan mati matian, dengan cara-cara yang melawan kepatutan dan kepantasan publik,” kata Surokim. 

Dia mengatakan, kekuasaan dalam keyakinan para pengabdi sejatinya lebih banyak dianggap sebagai medium latihan, cobaan dan hakikatnya uji konsistensi para pejabat terhadap virtue public (kebajikan public). 

“Manakala dalam menjalankan kekuasaan itu masih menggunakan logika dan istiqomah memperjuangkan virtue public maka kuasa itu biasanya amanah dan maslahah. Demikian juga sebaliknya. Kita semua berharap Pak Jokowi bisa istiqomah berada kembali dalam mata dan hati rakyatnya,”pungkasnya. 
 
Menurutnya, pada akhir sesi periode pemerintahannya Presiden Jokowi mulai menjauhi virtue public sehingga kian sulit menjaga jarak dengan kekuatan-kekuatan pragmatis yang dulu pernah dia lawan. Hal itulah yang membuat Presiden Jokowi gamang memahami esensi virtue publik. 

Dia menambahkan, harus ada yang mengingatkan Presiden Jokowi agar bisa kembali istiqomah dalam menjaga nalar kekuasaan pro-publik. Kembali lagi pada logika kekuasaan bersama wong cilik, bersama nalar publik dan tidak berada dalam zona nyaman memandang kekuasaan sebagai instrumen pribadi dan keluarga.

“Pak Jokowi sebagai anak kandung reformasi harus kembali ke esensi perjuangan reformasi dan jangan ikut arus pada perjuangan nilai yang bertentangan dengan semangat reformasi,” imbuhnya. 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut