get app
inews
Aa Text
Read Next : Tim Dosen Ubaya dan UKWMS Ciptakan Inovasi Kopi Celup Herbal

Ubaya Hadirkan 4 Theme Table Imlek, Ada Permainan Tradisional Tionghoa yang Hampir Dilupakan

Selasa, 01 Februari 2022 | 00:20 WIB
header img
Perayaan ini diwarnai dengan adanya empat theme table imlek termasuk permainan tradisional Tionghoa. (Foto: Dok Ubaya)

SURABAYA, iNews.id - Kelompok Studi Psikologi Bencana (KSPB) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) gelar semarak imlek di Gedung PC lantai 3, Kampus II Ubaya Tenggilis secara hybrid.

Kegiatan ini dilakukan dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili yang jatuh pada 1 Februari 2022. Perayaan ini diwarnai dengan adanya empat theme table imlek termasuk permainan tradisional Tionghoa yang sudah hampir dilupakan.

Koordinator Kelompok Studi Psikologi Bencana, yang sekaligus adalah Dosen Fakultas Psikologi Ubaya, Listyo Yuwantkan, menyebutkan bahwa masa-masa pandemi ini membuat ada refleksi kembali terkait makna Tahun Baru Imlek.

“Jadi karena itu tetap diadakan hybrid, walaupun terbatas karena masa tidak memungkinkan untuk full offline,” terang Listyo.

Ia pun menjelaskan lebih dalam bahwa pemaknaan itu memunculkan tema “Kesederhanaan dan Keberkahan” yang dibawa pada Festival Kampung Tionghoa 2022 kali ini.

Kesederhanaan karena kita masih berada dalam masa sulit, dan keberkahan karena walaupun masa sulit tetap ada hal yang masih didapat.

Pada kegiatan Festival Kampung Tionghoa 2022 ini, panitia pun sudah menyediakan berbagai aktivitas dan tradisi untuk mengenang semarak Tahun Baru Imlek. Beberapa diantaranya adalah aktivitas membuat bunga teratai dari kertas sembahyang.

“Sebagai bentuk keberkahan dan kesehatan untuk pembuatnya, untuk hiasan juga dan sebagainya,” terang Listyo.

Berikut empat theme table yang menghiasi semarak perayaan Festival Kampung Tionghoa 2022 :

1. Perayaan Imlek di Pecinan

Theme table pertama ini membawa nuansa keceriaan imlek. Lengkap dengan pagoda berwarna merah serta nuansa Imlek yang kental pun sangat kerasa.

Dengan barongsai, dan berbagai aktivitas yang umumnya dilaksanakan waktu tahun baru Imlek, theme table ini pun membawa kesan semarak yang megah.

“Pecinan ramai aktivitas imlek, ada barongsai, makanan malam Imlek, pasar malam dan ada tempat sembahyang untuk leluhur,” terang Listyo. Juga diwarnai dengan beberapa figur kecil yang sedang bermain petasan dan berbelanja.

2. Makanan Tradisi Imlek

Theme table kedua bernuansa makanan, dan memiliki bau sedap yang semerbak di seluruh ruangan.

Pasalnya, theme table kedua ini juga diwarnai dengan beberapa makanan asli. Dengan warna merahnya, theme table ini terdapat dimsum, kue ku (kue tempurung kura-kura merah), mie, kue kukus, tiga buah jeruk, ikan bandeng, permen, serta manisan segi delapan.

“Mengenalkan apa tradisi makanan saat imlek. Mie contohnya, berarti doa, panjang umur, kebahagiaan, serta kesuburan bagi yang belum punya anak. Manisan segi delapan menggambarkan hidup, ada manis asam asin kecut, macam-macam. Simbol kehidupan. Kalau makan manisan itu dipercaya panjang umur dan mengingatkan ragamnya tantangan dalam hidup,” terang Listyo.

3. Tradisi Sembahyang Leluhur Imlek

Selain itu ada juga tempat sembahyang yang juga diwarnai dengan beberapa kertas doa, dupa hio berbagai warna, kacang kwaci, serta ornamen lain salah satunya yakni bunga teratai yang disusun menggunakan keras doa. Simbolisme simbolisme ini cukup beragam dan diwarnai dengan.

“Karena imlek itu momen untuk berdoa bersama keluarga, mengirimkan doa untuk leluhur. Jadi generasi muda yang mungkin sudah lupa ya jadi tahu,” tutur Listyo.

4. Perayaan Imlek Multikultur

Theme table keempat adalah theme table yang bernuansakan Indonesia dengan mengangkat nilai multikultur.

“Poinnya di akulturasi budaya, karena tradisi tionghoa sudah menyatu di masyarakat jawa,” terang Listyo.

Tema multikultur ini pun menghadirkan suasana seperti di Jogja, serta juga beberapa tempat yang sudah kental dengan nuansa Tionghoa yang bercampur baur dengan budaya Lokal.

Karena itu pada theme table ini dibawakan figur-figur tentara dan beberapa bawaan lokal yang dimiliki.

Stefanie Jessica Handoko, Mahasiswa Psikologi semester 4 sekaligus Ketua Festival Kampung Tionghoa 2022 pun menuturkan pemilihan theme table multikultur ini yang paling membuat ia berkesan.

Pasalnya keberagaman ornamen seperti prajurit, pohon sakura, barongsai, itu membawa kesan bahwa ada ramainya budaya di Indonesia.

“Jadi reminder bahwa Indonesia ini beragam, sebab kita sesama manusia harus kompak untuk menghindari konflik—supaya dunia jadi tempat yang lebih baik,” tambahnya.

Selain itu pada Festival Kampung Tionghoa 2022 ini juga terdapat dua permainan tradisional Tionghoa yang mengedepankan strategi dan melatih decision making, yakni: Luzhanqi dan Xianqi.

1. Luzhanqi

Luzhanqi yang juga diterjemahkan sebagai Catur Peperangan Darat (terjemahan: “Land Battle Chess”) adalah permainan board game untuk dua orang.

Dalam permainan Luzhanqi, setiap pemain memiliki 25 bidak dengan beberapa jabatan masing-masing, dengan terjemahan serupa di Indonesia seperti Panglima tertinggi, Jenderal, Mayor Jenderal, Brigadir Jenderal, Kolonel, Mayor, Kapten, Letnan, hingga ranjau dan sebagainya.

Permainan ini pun dibuat semakin kompleks dengan adanya beberapa medan yang ada di papan permainan, seperti: Gunung (yang tidak boleh dilewati lebih dari dua jarak) ataupun Tempat Perkemahan (yang berarti bidak dalam posisi tersebut tidak bisa diserang), dan banyak tempat lainnya. Medan-medan ini diberi simbol yang berbeda di papan.

Permainan ini cukup unik karena oposisi tidak benar-benar mengetahui posisi bidak lawan karena nature bentuk permainan ini yang sifatnya tertutup.

Bidak hanya menghadap pada pemain, sementara para pemain tidak mengetahui nama bidak lawan—sehingga permainan ini setingkat lebih kompleks dibanding dengan catur.

Selain harus memikirkan strategi, ia juga harus mengingat jenis bidak lawan pada satu tempat tertentu.

2. Xianqi

Xiangqi atau dikenal dalam bahasa inggris sebagai “Elephant chess” atau catur gajah juga dimainkan oleh dua orang.

Seringkali diserupakan dengan shogi dan sejenisnya, catur ini pun terkenal di Vietnam dan Singapura.

Catur ini merepresentasikan pertarungan antara dua pasukan, dengan tujuan utama untuk mengambil bidak Jenderal lawan (setara Raja pada catur).

Bidak pun bermacam-macam, ada Meriam dengan cara gerak yang bisa menyerang lurus (seperti Benteng pada catur), serta beberapa lainnya.

Nicolas Valentino Fonda, mahasiswa semester 6 Fakultas Psikologi Ubaya pun mengaku bernostalgia dengan kehadiran boardgame ini.

Pasalnya, board game ini mengingatkan ia akan kakeknya yang dulu pernah mengajarkan game ini kepadanya. “Pernah belajar 10 tahun lalu, jadi teringat lagi,” terang Fonda, panggilan akrabnya.

Ia pun mensyukuri kehadiran game ini pada Festival Kampung Tionghoa 2022, pasalnya game Tionghoa yang paling populer adalah mahjong.

“Game seperti Xianqi ini jarang ditemui selain tempat seperti vihara-vihara,” jelas Fonda.

Ia pun jarang menemui anak seusianya yang bisa bermain game ini. Umumnya game ini dimainkan oleh orang-orang berusia lanjut di Klenteng ataupun Vihara. Baginya, game ini melatih pengambilan keputusan dan pengambilan risiko.

Fonda pun berharap bahwa banyak anak-anak jaman now yang mempelajari Xianqi. Karena baginya generasi sekarang masih cenderung bersifat instan, misalnya dalam hal finansial.

“Ingin cepat kaya,” terangnya. Ia pun merasakan ketika ia mempelajari game ini, ia jadi dapat berpikir dalam jangka yang lebih panjang.

“Belajar mengetahui why factor dari setiap pemilihan keputusan, dan tidak instan. Poinnya disitu,” tutupnya di akhir kegiatan Festival Kampung Tionghoa 2022.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut