SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) menggelar Rapat Umum Anggota (RUA) INSA ke – XVIII di Hotel DoubleTree, Surabaya, Jawa Timur. RUA INSA yang diselenggarakan pada Jumat – Sabtu (15 – 16/12/2023) ini mengusung tema “INSA Siap Hadapi Tantangan Menuju Indonesia Maju”.
Pelaksanaan RUA INSA Ke-XVIII merupakan amanat Anggaran Dasar (AD) INSA Pasal 13 ayat (1) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) INSA Pasal 5 ayat (1). Agenda yang dibahas dalam RUA di antaranya adalah menyempurnakan AD/ART INSA, mengevaluasi laporan pertanggungjawaban kepengurusan, menyusun program kerja dan memilih ketua umum INSA untuk masa bakti 2023-2027.
RUA INSA Ke-XVIII dibuka oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan dihadiri DPC INSA seluruh Indonesia, perusahaan pelayaran anggota INSA, dan Kementerian/Lembaga serta stakeholders terkait lainnya.
Seperti diketahui, tantangan di dunia pelayaran semakin kompleks. Hal ini mendorong INSA untuk menghadapinya dengan terus berinovasi.
Beberapa tantangan pelayaran ini tidak lepas dari ketidakpastian ekonomi global akibat perang Rusia VS Ukraina dan Israel VS Palestina, dan terjadinya pelambatan ekonomi Tiongkok yang sedikit banyak berdampak terhadap perekonomian nasional.
Meskipun tantangan semakin kompleks, pelayaran nasional tetap optimis menatap masa depan sektor pelayaran nasional di masa mendatang. Kolaborasi dan inovasi berkelanjutan merupakan kunci menghadapi setiap tantangan dan sekaligus menciptakan peluang masa depan.
“Melalui forum RUA empat tahunan ini diharapkan terciptanya program-program kerja strategis INSA agar bisa menjawab tantangan dan meningkatkan daya saing industri pelayaran nasional,” kata Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto, di Surabaya, Jumat (15/12/2023).
Sementara itu, INSA menyadari pentingnya penguatan asas cabotage dalam menjaga kondusifitas iklim usaha dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Penerapan asas cabotage telah berhasil menjadi success story dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus menjadikan pelayaran merah putih sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Namun di sisi lain, kata Carmelita, perlu adanya peningkatan daya saing pelayaran nasional agar dapat lebih berperan di kancah global melalui program beyond cabotage.
Program beyond cabotage menjadi salah satu fokus INSA dan sejumlah stakeholder, yang bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional, khususnya dalam memperbaiki defisit neraca jasa yang kerap dialami Indonesia selama ini.
Untuk itu, Focus Group Discussion (FGD) pada hari pertama RUA INSA ke-XVIII mengangkat tema “Beyond Cabotage”, dengan menghadirkan para narasumber kompeten yang membahas pendanaan pengadaan kapal, kebijakan perpajakan sektor pelayaran, pengembangan SDM pelayaran, dan teknologi terkini sektor pelayaran nasional.
“INSA berharap dapat terus meningkatkan sinergi dengan seluruh stakeholder terkait untuk mencapai tujuan bersama, yakni pengembangan sektor pelayaran nasional yang berkelanjutan dan berdaya saing,” sambungnya.
Di sisi lain, INSA juga semakin berperan di kancah regional dan global dengan kembali menjadi anggota Federation of ASEAN Shipowners' Association (FASA).
Pada Exco Meeting FASA beberapa waktu lalu, INSA juga terpilih menjadi ketua FASA periode 2024-2026. Ketua FASA periode tersebut juga akan menjadi Wakil Ketua Asian Shipowners' Association (ASA).
"Ini menjadi kesempatan bagi INSA untuk memperluas pengaruhnya di tingkat internasional, termasuk negara Asia dan negara-negara lainnya," ungkap Carmelita.
Sementara itu Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi menyebut bahwa INSA merupakan partner pemerintah yang selama ini banyak memberikan masukan.
"Memang pemerintah dan swasta selalu berdampingan. Kami selaku regulator tentu memberikan iklim dan regulasi yang bagus," kata dia.
Menurut Budi, pemerintah dan INSA memiliki visi bersama untuk menjadikan Indonesia hub laut di Asia Tenggara. Ia mengakui bahwa untuk mewujudkan visi tersebut tidak mudah, karena secara geografi berada di sisi selatan. Namun Budi optimis cita-cita tersebut bisa terwujud mengingat kawasan Indonesia sangat besar, terutama daerah belakangnya.
"INSA adalah operator dan orang-orang yang mempengaruhi pergerakan kapal di manage dengan baik. Kita punya pelabuhan yang sangat besar, di Priok dan patimban. Kita ingin itu menjadi hub, sehingga ongkos kapal-kapal yang diatas 10 ribu kontainer dari luar ke Indonesia bisa lebih murah," tandasnya.
Editor : Ali Masduki