Atikoh juga membahas perjuangan Ganjar agar umat Buddha dan Hindu dapat beribadah di Candi Borobudur dan Prambanan tanpa diperlakukan bak wisatawan. Untuk tempat ibadah lain, kata Atikoh, juga diupayakan dengan baik di Jateng.
"Sehingga tidak ada namanya mayoritas minoritas, karena semua memiliki hak sama untuk ibadah dan mendekatkan diri pada sang khalik," tegasnya.
Atikoh juga bercerita, bahwa dirinya pernah diragukan sikap kebhinekaan dan toleransinya. Hal ini dikarenakan penampilannya yang berhijab serta latarbelakang keluarganya yang religius.
"Tapi sejak kecil saya punya teman akrab yang berbeda agama. Justru dengan dia, saya sering ditanya diingatkan, sudah salat atau belum. Begitu pun sebaliknya, jadi keberagaman itu indah," ucapnya.
Seperti diketahui, Siti Atikoh adalah cucu dari Kiai Hisyam Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin di Pedukuhan Sokawera, Desa Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga. Kiai Hisyam dikenal sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga pada 1973-1983 di wilayah Purbalingga, Jawa Tengah.
Editor : Arif Ardliyanto