SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Dosen muda Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Gagas Gayuh Aji, mengubah paradigma politik menjelang Pemilu Legislatif 2024 di Indonesia. Ia menyoroti arti mendengar dalam konteks digital di era saat ini.
Gagas menekankan perlunya riset dan analisis data media sosial sebagai langkah progresif dalam pengambilan keputusan berbasis data.
Menurutnya, mendengar dalam era digital melibatkan lebih dari sekadar mendengarkan ucapan; hal tersebut mencakup pemahaman terhadap suara-suara yang terwujud dalam data digital.
"Berbicara bukan hanya tentang orasi di atas panggung, mencetak banner atau baliho, tetapi juga mengenali pola suara di media sosial yang mencerminkan aspirasi rakyat," ujar Gagas.
Dalam visi Suko Widodo tentang "mendengar adalah komunikasi," Gagas menafsirkan konsep tersebut sebagai landasan untuk mengadopsi keputusan berbasis data.
"Mendengarkan di era digital berarti memahami sentimen masyarakat yang termanifestasi dalam data, bukan sekadar mendengar kata-kata," tambahnya.
Gagasan tentang Data-Driven Decision dapat dijadikan solusi untuk mengatasi sikap angkuh dan kurang mendengarkan dari sebagian para Caleg ataupun nanti calon kepala daerah.
"Menggunakan data sebagai landasan keputusan dapat menciptakan kebijakan yang lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat," paparnya.
Sejalan dengan era digital yang semakin canggih, Gagas merinci bahwa Caleg atau pemain politik dapat memanfaatkan alat analisis data untuk memahami tren, kebutuhan, dan preferensi pemilih.
"Pemilu bukan hanya tentang mendapat suara, tetapi juga memberikan solusi yang sesuai dengan harapan masyarakat," tandas Gagas.
Dengan merangkum kritiknya terhadap sikap Caleg angkuh, visi mendengar adalah komunikasi, dan penerapan Data-Driven Decision, Gagas Gayuh Aji memberikan pandangan yang holistik dan progresif terhadap bagaimana politik dapat berkembang melalui pendekatan yang lebih cerdas dan adaptif di era digital.
Editor : Arif Ardliyanto