SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Pj Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jawa Timur (Jatim), Bobby Soemiarsono, mengumumkan bahwa menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indeks Risiko Bencana (IRB) di Jatim telah mengalami penurunan yang signifikan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, IRB Jatim pada Tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 101,64 persen dari 108,69 persen pada tahun 2022.
Menanggapi hal tersebut, Bobby menyampaikan kegembiraannya, "Alhamdulillah, penurunan Indeks Resiko Bencana di Jatim menunjukkan bahwa upaya penanganan bencana di wilayah tersebut berjalan dengan baik." katanya.
Bobby menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan, serta mengungkapkan komitmen Pemprov Jatim dalam melakukan upaya mitigasi dan deteksi pada area kerawanan bencana.
"Pemprov Jatim melalui BPBD, Dinas Kehutanan, dan unsur terkait kebencanaan kebakaran hutan terus melakukan upaya mitigasi dan deteksi pada area kerawanan bencana untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan di Jatim," ujarnya.
Dia juga menyoroti tiga gunung di Jatim yang pernah mengalami Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), yaitu Gunung Arjuna, Gunung Bromo, dan Gunung Lawu. Saat terjadi Karhutla, Pemprov Jatim telah menerjunkan tim pemadam darat sebanyak 2.891 personel dari berbagai unsur dan melaksanakan pemadaman via udara (water bombing).
Meskipun demikian, Bobby mengakui bahwa terdapat berbagai tantangan dan kendala di lapangan, termasuk kondisi cuaca di area gunung yang berkabut dan tertutup asap, serta lokasi titik api yang tersebar jauh di hampir semua sisi gunung.
Sementara itu, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan RI Hadi Tjahjanto menambahkan, El Nino masih terjadi di Indonesia dan berpotensi akan menurun sampai akhir tahun 2024. Ia menyebut, pemerintah daerah juga harus mengantisipasi musim kemarau yang akan terjadi pada Bulan Maret dengan prediksi Puncak Musim akan terjadi pada Bulan Juni-Juli.
“Ketika musim kemarau tiba, titik-titik panas akan berpotensi muncul sebelum terjadi kebakaran. Maka kondisi area basah atau sumber air ketika musim kemarau harus dipertahankan sehingga aparat terkait bisa mengantisipasi jika terjadi kebakaran,” ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto