13 Tahun Jadi Nasabah KUR BRI
Beruntung, seorang teman memberikan informasi tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Pinjaman lunak dari bank pelat merah inilah yang berikutnya mengiringi perjalanan usahanya.
Diawali dengan pinjaman Rp15 juta di tahun 2011, Siti mulai mengembangkan usahanya dengan memperbanyak jumlah dagangan. Siti yang semula hanya menjual jajanan ringan kini bertambah menjual makanan dan minuman. Persis seperti warung, kendati tidak menempati lokasi permanen.
Pelan namun pasti, usaha makanan dan minuman itu terus berkembang hingga dia berhasil membeli mobil Zebra bekas keluaran tahun 1990. "Saya nekat beli karena waktu itu suami ada tawaran dari SMPN 12 untuk menjadi sopir antar jemput siswa," katanya.
Sejak saat itu, ekonomi rumah tangganya mulai tertata. Bahkan, tiga tahun berselang dia juga bisa menyewa tempat untuk warung permanen, tak jauh dari tempat tinggalnya.
Tak hanya itu, pada 2015 suaminya, Suyitno juga berhasil mengganti mobil antar jemput dari mobil Zebra tahun 1990 menjadi Daihatsu Gran Max. Lagi-lagi dia memanfaatkan KUR BRI untuk tambahan modal.
Siti mengaku lebih dari lima kali mengajukan kredit KUR BRI. Bahkan, hingga tahun 2024 ini Siti juga masih tercatat sebagai nasabah KUR BRI. Genap 13 tahun sejak pertama mengajukan kredit tahun 2011 silam.
"Kami pilih KUR BRI karena bunganya ringan. Selain itu prosesnya juga cepat. Asal punya usaha, pinjaman pasti cair," imbuh Suyitno yang saat itu mendampingi istrinya.
Bangga Anak Bisa Kuliah
Suyitno menyadari masih banyak mimpi yang belum berhasil diraih, termasuk memiliki rumah dan warung sendiri tanpa sewa. Namun, baginya bisa menyekolahkan ketiga anaknya ke jenjang lebih tinggi merupakan berkah tersendiri.
Anak pertamanya, Raihan, misalnya, kini sudah menjalani proses skripsi di perguruan tinggi negeri. Anak keduanya, Hanna, baru saja lulus SMA di pesantren dan akan melanjutkan kuliah. Sedangkan si bungsu, Risma sudah berada di tingkat kedua SMK Negeri di Surabaya.
"Kalau teringat masa lalu, rasanya tak percaya anak-anak bisa sekolah. Ini rezeki luar biasa," katanya.
Maklum, Suyitno sendiri gagal lulus kuliah. Dia terpaksa berhenti dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di smester II karena tidak punya biaya. Sementara Siti Rochma hanya lulusan Madrasah Tsanawiyah.
Editor : Arif Ardliyanto