SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Mahapatih Gajah Mada, sebuah nama yang mengilhami ratusan tahun sejarah Nusantara. Dikenal karena kecerdasan dan kepemimpinannya yang luar biasa, Gajah Mada memimpin Kerajaan Majapahit ke puncak kejayaannya.
Dibalik dinding istana, Gajah Mada merancang strategi yang tak tertandingi, membuat Majapahit menjadi kekuatan yang dihormati di seluruh Nusantara. Kata-kata bijaknya, seperti yang tercatat dalam Kakawin Negarakertagama, menjadi petunjuk bagi generasi selanjutnya.
Namun, kecerdasan Gajah Mada tak hanya terletak pada kemampuannya dalam diplomasi dan strategi perang. Ia juga dikenal karena ambisinya yang tak terbendung. Sumpah Palapa, yang mencetuskan misi Persatuan Nusantara, menjadi bukti keberaniannya dalam mengejar impian yang besar.
Namun, seperti setiap pemimpin besar, Gajah Mada juga menghadapi tantangan. Para pejabat Majapahit yang meragukan ambisinya seringkali menjadi penghalang di jalannya. Apa yang direncanakan dianggap sebagai Omon-Omon.
Namun, dengan kekuatan karakter dan keteguhan hati, Gajah Mada mengatasi semua rintangan, bahkan ketika harus menghadapi lawan-lawan dalam istana sendiri.
Kisah Gajah Mada tidak hanya tentang kecerdasan dan keberhasilan, tetapi juga tentang tekad yang kuat dan keteguhan dalam menghadapi segala rintangan. Ia adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang menulis sejarah dengan keberaniannya dan kemampuannya untuk memimpin bangsa menuju kejayaan.
Gajah Mada dianggap sebagai pemimpin yang sangat mahir dalam diplomasi dan strategi. Kemampuannya dalam mengonsolidasikan dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara membuatnya dihormati dan ditakuti.
Contoh keberhasilannya adalah saat menghadapi Bali dengan strategi perang yang cerdas. Keahlian Gajah Mada dalam merumuskan kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan tertentu, seperti misi Persatuan Nusantara, menjadikan Majapahit sebagai kekuatan dominan di Jawa.
Namun, ambisi Gajah Mada untuk menaklukkan wilayah-wilayah atau pulau-pulau di luar Majapahit, sebagaimana tertuang dalam Sumpah Palapa, tidak selalu diterima dengan baik oleh pejabat Majapahit. Mereka meragukan kebijakannya dan menganggapnya tidak realistis alias omon-omon.
Bahkan, di antara mereka yang ditumpas Gajah Mada adalah para Ra Kembar dan Ra Banyak yang awalnya menertawakannya. Meski demikian, Gajah Mada tetap kukuh pada pendiriannya.
Ia merumuskan strategi praktis untuk mewujudkan visi dan misinya, termasuk mengatasi hambatan-hambatan di dalam pemerintahan Majapahit. Ia juga memanfaatkan hukum dan peraturan Majapahit untuk mendukung langkah-langkahnya.
Adapun Peraturan hukum Majapahit diambil dari Kitab Hukum Kutara Manawa, kandungannya yakni ketentuan umum mengenai denda, astadusta atau delapan macam pembunuhan, kawula atau perlakuan terhadap hamba, astacorah atau delapan macam pencurian.
Lalu, ada sahasa atau paksaan, adol - tuku atau jual beli, sanda atau gadai, ahutang - apihutang atau utang piutang, titipan tukon atau mahar, kawarangan atau perkawinan, dan paradara (mesum).
Selanjutnya, ada drewe kaliliran (warisan), wakparusya (caci maki), dandaparusya (menyakiti), kagelehan atau kelalaian, atukaran atau pertengkaran, bhumi atau tanah, dan duwilatek atau fitnah.
Dengan kecerdasan, kepemimpinan, dan keterampilannya dalam diplomasi dan strategi, Gajah Mada menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, dan warisannya masih terasa dalam kebudayaan dan sejarah Nusantara hingga saat ini.
Editor : Arif Ardliyanto